Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Pancasila, 24 Makam Korban 1965 Diberi Nisan

Kompas.com - 01/06/2015, 14:14 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com - Peristiwa hilangnya sejumlah warga dalam peristiwa 1965 mulai terkuak. Di Kota Semarang, Jawa Tengah, setidaknya ada 24 orang korban yang ditemukan telah dikubur ke dalam dua liang lahat.

Dua makam tersebut diberi penanda berupa sebuah nisan bertuliskan nama-nama sebagian dari warga yang “hilang” tersebut. Penanda dilakukan agar para keluarga bisa mengetahui kondisi orang tua mereka, atau sanak keluarganya.

Dalam makam, tak ada gundukan tanah ataupun nisan tiap satu orang. Ke-24 orang itu dikuburkan secara bersamaan ke dalam dua liang lahat.

Seiring perkembangan waktu, oleh warga sekitar, makam ditandai dengan batu yang dipasang berkeliling. Sekeliling makam juga berdiri pohon yang menjulang tinggi.

Koordinator Perkumpulan Masyarakat Semarang untuk Hak Asasi Manusia, Yunantyo Adi S mengungkapkan, pemasangan nisan untuk para korban 1965 merupakan bentuk misi kemanusiaan. Pemasangan nisan juga sebagai penanda sejarah kelam masa lalu, serta bagian dari kebudayaan.

“Kita tak melihat siapa mereka, ideologinya apa. Tapi, fakta bahwa mereka telah dieksekusi di luar pengadilan. Makanya, ada misi kemanusiaan di sini, agar sampai tidak terjadi lagi kemudian hari,” kata Yunantyo seusai pemasangan nisan, Senin (1/6/2015).

Penemuan makam yang diduga korban 1965 ditemukan di Dusun Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Semula tempat tersebut kerapkali dijadikan sebagai ritual mencari nomor “togel.” Namun, setelah diteliti oleh kalangan akademis, ternyata makam tersebut merupakan makam para korban yang diculik paksa saat tahun 1965.

Setelah makam ditemukan, warga Plumbon yang semula merawat, kemudian tahu bahwa itu makam korban eks 1965.

“Kami beruntung karena warga baik, dan merawat. Mereka tidak pernah dipikir dinisan, doa bersama atau yang lainnya. Momentum ini diharapkan bisa jadi perdamaian sejarah atas luka di masa lalu,” paparnya.

Salah satu warga yang juga tokoh Plumbon, Lilik Wiliarjo atau yang disapa Mbah Kelik mengatakan, makam yang ada di dusunnya telah dirawat selama hampir 40 tahun. Makam dirawat dengan baik oleh warga, meski di lahan milik Perhutani Wilayah Kendal.

“Saya menyebut mereka bukan korban, tapi musibah nasional 65. Kami kira penisanan ini penting agar ke depan generasi berikutnya bisa tahu tentang keberadaan makam ini,” tambahnya.

Seluruh warga hilang hingga dimakamkan adalah warga dari Kabupaten Kendal. Sebagian korban berasal dari Gemuh dan Pegandon.

“Kami mohon sangat, jangan sampai sejarah kelam, terulang lagi,” paparnya.

Penisanan ini juga dihadiri seperangkat warga dan tokoh masyarakat, Pemerintah Kota Semarang, Kecamatan Ngaliyan, Kelurahan Wonosari, mahasiswa, aktivis dan pegiat sejarah. Perwakilan dari Perhutani dan kepolisian dari Mapolrestabes Semarang juga hadir dalam lokasi penisanan. Mereka menyaksikan bersama-masa proses pemberian nisan pada warga eks korban 1965.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com