Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjamin Buruh Migran Deportan Marak Terjadi di Nunukan

Kompas.com - 16/05/2015, 15:19 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com - Setiap minggu lebih dari 100 buruh migran ilegal dideportasi oleh pemerintah Malaysia melalui Pelabuhan Tunon Taka Nunukan Kalimantan Utara. Namun penanganan buruh migran tersebut masih sangat memprihatinkan.

Biasanya sesampai di pelabuhan, Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) dibantu oleh Kepolisaian Sektor Keamanan Pelabuhan KSKP akan mendata daerah asal buruh migran dan tujuan setelah dideportasi.

Satu jam kemudian, biasanya ruang tunggu pelabuhan Tunon Taka yang penuh dengan buruh migran akan kembali lengang karena kebanyakan buruh migran ilegal yang dideportasi dibawa suatu tempat oleh penjamin.

Fenomena penjamin dalam penanganan terhadap buruh migran yang dideportasi ke Indonesai sebetulnya tidak ada. Namun berbeda di Nunukan. Setiap ada deportasi, hampir semua buruh migran tersebut akan menghilang bersama para penjamin.

Kepala BP3TKI Nunukan Edy Sujarwo tidak menampik bahwa keberadaan penjamin buruh migran ilegal bagai dua sisi mata uang. Satu sisi penjamin membantu menampung deportan buruh migran ilegal yang jumlahnya ratusan setiap minggu. Dipastikan BP3TKI akan kewalahan jika harus menampung mereka semua.

Di sisi lain, BP3TKI Nunukan juga mengaku tidak mengetahui dikemanakan semua buruh migran ilegal yang mereka jamin. “Fenomena penjamin ini memang hanya ada di Nunukan. Rata rata mereka mengaku keluarganya. Dari sisi kemanusiaan mereka sah sah saja. Kalau sudah mengatakan keluarganya repot dikita,” ujar Edy Sujarwo Sabtu (16/05/2015).

BP3TKI Nunukan sendiri mengaku baru melakukan penataan terhadap keberadaan para penjamin buruh migran ilegal. Dari data BP3TKI, lebih dari 50 warga Nunukan tercatat sebagai penjamin buruh migran deportan.

Dari laporan yang disampaikan kepada BP3TKI, kebanyakan buruh migran yang dijamin selain dipulangkan dilaporkan akan dikembalikan bekerja di Malaysia setelah mengurus dokumen. Namun Edy Sujarwo mengaku tidak menutup kemungkinan para penjamin tersebut adalah oknum yang kembali mengirim para buruh migran ilegal yang dideportasi tersebut kembali ke negara Malaysia secara ilegal. “Indikasi itu memang ada,” imbuh Edy Sujarwo.

Banyaknya jumlah penjamin juga membuat BP3TKI Nunukan kesulitan melakukan pemantauan terhadap keberadaan buruh migran yang mereka jamin. Salah satu buruh migran yang lepas dari pantauan BP3TKI adalah Rahmat Simon. Menurut Edy Sujarwo, Rahmat Simon dideportasi pemerintah Malaysia Minggu (03/03/2015) lalu telah dijamin oleh seseorang yang mengaku saudaranya.

"Yang menjamin Darius Jalu warga Sutanto. Data penjamin lengkap, bahkan nomor telpon yang menjamin pun lengkap. Terkait itu betul keluarga atau bukan ini perlu koordinasi antar instansi dan perlu mengadakan pembinaan kepada penjamin ini,” ujar Edy Sujarwo.

Terkait keberadaan Rahmat Simon yang mengalami gangguan jiwa dan mengamuk di kelurahan Nunukan Tengah, Edy Sujarwo memastikan Rahmat Simon tidak berada dalam pengawasan BP3TKI. Pihaknya mengaku mengetahui nasib Rahmat Simon yang terlantar setelah Kompas.com memberitakan keberadaannya.

Sebelumnya Satuan Polisi Pamong Praja Nunukanterpaksa menampung Rahmat Simon karena keberadaanya ditolak oleh BP3TKI dan Dinas Sosial Kabupaten Nunukan. “Saya tidak ngerti kondisi itu karena data kami (rahmat Simon)sudah dijamin,”ujar Edy Sujarwo.

Hingga pertengahan bulan Mei 2015, BP3TKI Nunukan mencatat 2.387 buruh migran ilegal telah dideportasi pemerintah Malaysia melalaui Pelabuhan Tunon Taka Nunukan. Dari data tersebut, menurut Edy Sujarwo 70 persen diantaranya lebih memeilih kembali ke Malaysia daripada pulang kampung.

Sementara itu data dari Dinas Sosial Nunukan menunjukkan, lebih dari 10 buruh migran ilegal yang mengalami gangguan kejiwaan berkeliaran di Kota Nunukan. Semua beralasan tidak adanya penampungan buruh migran yang terlantar serta buruh migran yang mengalami gangguan jiwa membuat mereka dibiarkan berkeliaran dan mencari solusi sendiri di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com