Salah satu yang dikeluhkan warga adalah tentang keberadaan tambang emas ilegal yang berdiri tidak jauh dari areal pertanian warga. Kegiatan tersebut berlangsung siang ini.
Para petani sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan dan harapan kepada Presiden atas masalah tambang ilegal di sana. "Kami berharap ada ketegasan dari Bapak Presiden. Kami sudah menyampaikan kondisi ini kepada Pemerintah setempat, namun tidak ada tanggapan," kata Niman, warga Desa Waitina, Kecamatan Wailata.
Niman khawatir, dengan penggunaan merkuri dalam pengolahan emas. Merkuri telah mencemari Sungai Wai Apo yang menjadi sumber irigasi petani di sana.
Sebelumnya, peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Ambon, Yusthinus T Male menemukan kandungan merkuri di dalam air sungai itu yang melebihi ambang batas.
Sampel yang diambil di beberapa titik sepanjang sungai menunjukkan, kadar merkuri tertinggi mencapai sembilan miligram (mg) per satu kilogram lumpur. Di pesisir Teluk Kayeli yang menjadi muara sungai itu ditemukan konsentrasi merkuri sebanyak tiga mg per satu kg lumpur. Padahal, ambang batas merkuri tidak boleh lebih dari 0,1 mg per satu kg lumpur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.