Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Air yang Merendam Candi Losari Tidak Mungkin Kering"

Kompas.com - 13/04/2015, 19:21 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Air yang menggenangi Candi Losari di Dusun Losari, Desa Salam, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, diperkirakan tidak akan bisa kering. Pasalnya, lokasi candi peninggalan Hindu kuno itu terletak lebih rendah dari tanah di sekitarnya.

"Kita tidak harus membuat kawasan candi itu kering, karena tidak mungkin karena letaknya yang di bawah tanah sekitar," ujar Edi Susanto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Magelang, Senin (13/4/2015).

Menurut Edi, meski tidak bisa kering, namun air tersebut bisa dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Candi Losari. Oleh sebab itu, perlu adanya koordinasi antar pihak berwenang, seperti Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Borobudur Konservasi Borobudur (BKB) maupun Pemerintah Daerah setempat.

"Kita tidak mungkin melawan alam, yang kita pikirkan justru solusi bagaimana agar air itu bisa menjadi keunggulan, yang diharapkan dapat mendambah daya tarik wisatawan. Konsultasi dengan BKB akan kita lakukan secepatnya, meskipun candi Losari dibawah kewenangan BPCB Jateng," kata Edi.

Dia menyebutkan, hal-hal yang akan dikonsultasikan antara lain terkait pengaruh air terhadap batuan candi, serta bagaimana caranya agar batuan tidak sampai rusak di dalam air.

Menurut Edi, kondisi serupa juga pernah dialami candi Umbul yang terletak di Kecamatan Grabag, Kabupetan Magelang.

"Candi Umbul itu kan juga terendam air, dan sampai sekarang masih tetap awet. Batuannya juga terjaga," terangnya.

Seperti yang diketahui, bangunan Candi Losari sudah sekitar satu tahun ini terendam air. Berbagai upaya telah dilakukan BPCB Jawa Tengah untuk mengeringkan air yang berasal dari sejumlah mata air sekitar itu, namun sampai saat ini belum ada hasilnya.

Petugas penjaga candi Losari, Supriyo menuturkan, saat ditemukan tahun 2004 lalu, benda cagar budaya yang dibangun pada abad VIII-IX itu belum terbenam air. Namun saat petugas BPCB Jateng menggali tanah sekitar 4-5 meter untuk mencari dasar candi pada Oktober 2013 lalu, air mulai mengalir dari tanah.

"Airnya menyembul dari bawah tanah, bukan air hujan. Sempat menghambat proses penggalian saat itu," jelas Supriyo.

Air yang merendam bangunan candi ini diduga berasal dari tiga sumber air yang ada di sekitarnya. Air terus menggenang hingga keringgian 2-3 meter dan biasanya hanya surut beberapa hari di penghujung musim kemarau. Candi Hindu kuno itu sendiri ditemukan di lahan perkebunan salak milik salah seorang warga, Badri.

Sebelumnya, batu-batu candi Losari tertimbun material endapan lahar dari Gunung Merapi. Terdapat satu candi induk berukuran luas 4,5 x 4,5 meter persegi, dan tiga candi perwara dengan ukuran luas, 2,58x,2,58 meter persegi di dalamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com