Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Anak TKI Terancam Tak Bisa Bersekolah di Nunukan

Kompas.com - 09/04/2015, 22:59 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com — Sekolah di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kekurangan ruang kelas dan asrama untuk menampung ratusan anak TKI yang melanjutkan pendidikan. Para TKI lebih memilih menyekolahkan anak mereka di sejumlah sekolah di kecamatan wilayah perbatasan, seperti Sebatik, karena selain sulit mendapatkan pendidikan formal di Malaysia, jarak antara Sebatik dan Malaysia relatif dekat.

Dalam kunjungannya ke sejumlah sekolah di wilayah perbatasan Pulau Sebatik, Nunukan, Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Ahmad Jazidie mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan membangun sejumlah ruang kelas baru, asrama, dan membantu biaya hidup anak TKI yang tinggal di asrama.

"Hak mereka untuk mendapat pendidikan itu tetap prioritas. Caranya, kami bangun sekolah-sekolah. Kami didik mereka di Tanah Air dengan memberikan fasilitas pendidikan di wilayah perbatasan," ujarnya, Kamis (9/4/2015).

Ahmad Jazidie memperkirakan, lebih dari 800 anak TKI yang saat ini bersekolah setingkat SMP di Negara Malaysia akan melanjutkan pendidikan di SMA Pulau Sebatik dan Nunukan pada tahun ini. Untuk menampung mereka, Kemendikbud akan membangun asrama serta ruang kelas baru di sejumlah sekolah di wilayah perbatasan.

"Sebanyak 800 anak yang lulus SMP itu akan ke jenjang SMA. Kami akan tambah paket satu asrama baru, ruang kelas baru, plus kami ikhtiarkan skema biaya hidup untuk makan sehari-hari yang di asrama. Kami akan mulai pada tahun ajaran baru," imbuhnya.

Tidak adanya sarana asrama di sekolah yang bisa menampung anak TKI juga dikeluhkan Mafudz, Kepala SMKN 1 Tulin Onsoi. Di SMKN 1 Tulin Onsoi saat ini menampung lebih dari 50 anak TKI yang nyaris putus sekolah karena harus menempuh perjalanan hingga selama 2 jam dari rumah mereka yang berada di perkebunan sawit menuju SMKN 1 Tulin Onsoi.

"Pukul 05.00, anak para pekerja kebun sawit ini sudah berangkat ke sekolah. Pukul 07.00, mereka baru sampai karena posisi sekolah SMK Tulin Onsoi ini sangat jauh. Kalau seperti ini, mereka akan menjadi calon pekerja di perkebunan. Terlebih lagi, di sekitar sini hampir semua perkebunan," ujar Mafudz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com