Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergi ke Sekolah, Bocah-bocah Ini Seberangi Jurang 20 Meter dengan Saluran Air

Kompas.com - 17/03/2015, 18:05 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis


KARANGANYAR, KOMPAS.com — Warga dua desa di Karanganyar dan Boyolali, Jawa Tengah, memilih untuk menggunakan saluran air sebagai jembatan darurat untuk beraktivitas menyeberangi jurang sedalam sekitar 20 meter. Saluran air peninggalan zaman Belanda tersebut dibangun sekitar tahun 1920 dan menjadi sarana utama bagi warga di dua desa tersebut.

Memutar dengan jarak tempuh sejauh tiga kilometer untuk sampai ke sekolah bukan pilihan bagi Andika dan Hafid. Meski kondisi jembatan itu tak layak menjadi jalur penyeberangan, para pelajar asal Desa Bolon, Karanganyar, itu tetap mengambil risiko melintasi saluran air sepanjang 50 meter itu untuk pergi ke sekolah.

Selain lebih menghemat waktu sampai di sekolahnya di daerah Colomadu, Boyolali, Andika dan Hafid mengaku sudah terbiasa melihat jurang itu.

"Dulu pas pertama takut juga, Mas, tapi sekarang sudah biasa," kata Andika, Selasa (17/3/2015).

Kedua pelajar tersebut pun sepakat bahwa lebih hemat waktu apabila lewat di jembatan tersebut. Jembatan darurat tersebut menghubungkan Dusun Plempungan, Desa Bolon, di wilayah Karanganyar; dan Dusun Suro, Desa Ngemplak, Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

Saluran air yang diperuntukkan sebagai irigasi pada zaman Belanda tersebut dimodifikasi oleh warga dengan menambahkan papan setebal sekitar tiga sentimeter yang dipasang berjajar sepanjang jembatan.

Di atas papan selebar lebih kurang 60 sentimeter tersebut, warga bisa melintas dengan sepeda atau bahkan kendaraan bermotor. Warga juga harus bergantian saat melintas dengan warga yang mengantre di ujung lain jembatan tersebut.

Kerangka besi yang sudah berkarat karena usia membuat warga harus berhati hati. Pada salah satu sisi jembatan, warga membangun besi sepanjang jembatan untuk berpegangan saat melintas.

"Kan ada pegangannya, jadi biar bisa imbang saat menyeberang. Kalau tidak, bisa jatuh ke jurang," kata Hafid.

Jembatan darurat di atas Kali Pepe itu menjadi aset berharga bagi warga Desa Suro dan Plempungan. Apabila ada kerusakan di jembatan tersebut, kedua warga saling bergotong-royong untuk memperbaikinya.

Hingga saat ini, belum ada perhatian dari pemerintah dari kedua kabupaten, baik Karanganyar maupun Boyolali. Sementara itu, Camat Colomadu, Suboko, menegaskan bahwa jembatan darurat tersebut bukan untuk dilalui warga, tetapi untuk mengecek lancar atau tidaknya saluran air.

"Maaf Mas, itu bukan jembatan, tapi saluran air, dan papan yang dipasang untuk petugas mengecek lancar atau tidaknya saluran air," katanya saat dihubungi.

Suboko menambahkan, pemerintah sudah mengimbau warga untuk tidak lagi menggunakan saluran air tersebut. Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Karanganyar sudah melaporkan kondisi tersebut ke Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan mengusulkan pembangunan jembatan baru penghubung dua desa tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com