Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gadis Korban "Trafficking" yang Diselamatkan Wali Kota Risma

Kompas.com - 03/03/2015, 05:43 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membentuk tim satuan tugas khusus untuk memberantas mafia perdagangan gadis. Tim yang dibentuk secara diam-diam itu pun berhasil membongkar praktik perdagangan orang yang menjerumuskan korbannya ke bisnis prostitusi.

Operasi penyelamatan dilakukan awal Januari 2015. Namun, informasi itu baru bocor pekan lalu.
Itu pun setelah dua gadis korban trafficking bersedia bicara, tak lama setelah memberikan kesaksian pada polisi untuk tiga orang kaki tangan yang kini ditahan di Polrestabes. Ketiga orang itu adalah Mak Tik, Mak Cik, dan suaminya. (Baca: Wali Kota Risma Bongkar Operasi "Trafficking")

Untuk kepentingan menjaga privasi, kami menyamarkan dua gadis ini dengan nama Rindi dan Liana yang mengungkap kisah saat mereka menjadi korban trafficking.

Rindi mengaku direkrut Mak Cik, yang menawarkan lowongan pekerjaan di Batam pada awal November 2014. "Saya ditawari jadi memandu lagu di tempat karaoke,” ujar Rindi.

Upah pemandu lagu itu Rp 10 juta perbulan. Lalu uang muka berupa pinjaman Rp 5 juta dibayar tunai.

“Dia bilang seluruh biaya keberangkatan dibiayai bos di Batam. Kemudian kami dibolehkan pulang setiap bulan sekali,” ujar Rindi.

Liana yang masih tetangga Rindi juga direkrut. Gadis ini tertarik tawaran Mak Cik lantaran ingin membantu ibunya yang lama menjanda.

Di Surabaya, gadis yang tidak bisa baca dan tulis ini tidak punya pekerjaan.

”Aku kaget ternyata Mak Cik juga sudah menawari Mita (nama samaran),” ucap Rindi. Mita adalah kerabat Rindi.

Pada 23 November 2014, mereka diberangkatkan. Agar tidak mengundang perhatian tetangga, Mak Cik meminta Rindi, Liana, dan Mita berangkat sendiri-sendiri.

Mereka tidak langsung ke Bandara. Mereka diminta menunggu di Jalan Kartini, Surabaya. Rindi dan Liana menumpang becak menuju Jalan Kartini. Sedangkan Mita diantar pacarnya mengendarai sepeda motor.

Ketiganya menunggu Mak Cik di depan sebuah rumah makan. Mak Cik datang mengendarai mobil disopiri suami. Mobil langsung meluncur ke bandara. Tapi, mereka tidak langsung berangkat.

Ada gadis lagi yang ditunggu, Rena dan Ruri yang tinggal di kawasan Petemon dan Tempel Sukorejo, Surabaya.

Dua gadis terakhir ini terlambat datang. Gara-gara tertinggal pesawat, lima gadis baru diberangkatkan ke Batam keesokan hari. Mak Cik cuma mengantar di bandara.

“Ia bilang sudah ada yang menjemput di Batam. Namanya Ko Edi. Dia yang akan mengantar ke mess karyawan,” ujar Rindi. (ben/idl/day)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com