Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bandung Dapat Sumbangan 100 Biodigester Baru

Kompas.com - 21/02/2015, 15:02 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Dalam rangka Hari Sampah untuk memperingati tragedi Leuwi Gajah, warga Kota Bandung melalui pemerintah Kota Bandung, menerima sumbangan 100 unit alat pengolah sampah organik atau biodigester dari seorang pengusaha sukses Indonesia yang dikenal sebagai salah pendiri dan pemilik Medco Group, Arifin Panigoro.

Bantuan 100 unit biodigester yang setiap unitnya mampu mengolah sampah organik sebanyak 150 kilogram itu diterima langsung oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Sabtu (21/2/2015).

"Hari ini kita melakukan serah terima biodigester dengan kapasitas 150 liter yang disumbangkan oleh Arifin Panigoro jumlahnya 100 dari komitmen sekitar 1.000 unit," kata Emil--sapaan akrab Ridwan Kamil, Sabtu siang.

Lebih lanjut Emil mengatakan, sumbangan 100 unit biodigester ini diharapkan mampu mengurangi sampah organik di Kota Bandung secara signifikan. Selain itu, budaya baru yakni sampah langsung habis di tempat bisa tercipta di masyarakat Kota Bandung.

"Jadi nanti tidak akan ada (sampah organik) yang tersisa karena air lindinya juga nanti jadi pupuk cair kemudian panasnya bisa jadi gas," ujarnya.

Nantinya, biodigester bernama BSO-15 ini akan dibagikan ke 100 wilayah percontohan yang tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung.

Emil menjelaskan, ratusan biodigester ini merupakan langkah awal yang baik untuk memenuhi target 10.000 unit biodigester untuk setiap RT di Kota Bandung sebelum masa jabatannya habis di tahun 2018 mendatang.

"Ini akan melengkapi biodigester dari Jepang dengan skala besar yang jumlahnya di 4 lokasi. Kalau (biodigester) teknologi Jepang ini akan jadi listrik. Dua kombinasi ini dikalikan mencicil target 10.000 (biodogester) di akhir masa jabatan saya," ujarnya.

Agar tak menggunung

Emil menambahkan, bertambahnya jumlah biodigester di Kota Bandung harus pula disertai edukasi untuk masyarakat. Khawatirnya, jika tidak disertai edukasi yang benar, solusi persampahan ini malah menjadi tidak berguna.

"Ini bisa jadi tenaga baru dalam mengelola sampah yang habis di rumah tangga, yang jadi kunci adalah edukasi masyarakat. Masyarakat Bandung kadang-kadang selalu ingin gampangnya saja, ini kan perlu proses belajar mencintai menjadi budaya. Jangan hanya teknologi, edukasi juga jadi penting," paparnya.

Di tempat yang sama, Arifin Panigoro menambahkan, masalah sampah di kota-kota besar memang sangat pelik dan sulit untuk dipecahkan. Namun, biodigester diharapkan bisa mengurangi volume sampah di TPA sehingga tidak menggunung.

"Saya bagian dari masyarakat Bandung yang ingin Bandung bersih. Sudah lumayan membantu 100 unit biodigester ini," ucap Emil.

Melalui hasil studi yang dilakukan di Yogyakarta dan Bandung, kata Arifin, permasalahn sampah di dua kota besar ini tidak sepelik Ibu Kota Jakarta. Artinya, masalah sampah di Kota Bandung sangat mungkin ditanggulangi secepat mungkin.

Untuk diketahui, 40 sampah di Kota Bandung adalah sampah organik. Arifin menjelaskan, tiap satu unit biodigester kecil ini memakan biaya produksi sampai Rp. 11.000.000. Ke depan, biodigester ini akan dibuat massal. "Harapannya produksi ini dibagikan dan jangan cuma satu bengkel," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com