Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemuda Pencandu Bensin Undang Perhatian Pemkab

Kompas.com - 05/02/2015, 08:41 WIB
KOBA, KOMPAS.com — Salamun, warga Pasir Garam, Kecamatan Simpangkatis, Bangka Belitung, memiliki kebiasaan aneh yang berpotensi mengganggu kesehatannya. Pemuda berusia 18 tahun itu diketahui kecanduan mengonsumsi bahan bakar minyak jenis bensin.

Salamun mengaku, kebiasaannya ini sudah berlangsung lama dan hingga saat ini bensin sudah menjadi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dia mengaku tidak memiliki semangat hidup jika belum mengonsumsi bensin. Alhasil, beberapa liter bensin selalu dicari setiap harinya.

Lebih mengejutkan lagi, Salamun mengaku, bukan hanya dia yang kecanduan bensin. Menurut dia, masih ada sejumlah pemuda lainnya yang juga menjadi pencandu bensin. "Awalnya hanya ikut-ikutan saja, tapi sekarang jadi kebutuhan setiap hari," kata Salamun.

Kondisi Salamun itu mengundang perhatian dari Wakil Bupati Bangka Tengah, Patrianusa Sjahrun. Dia menilai, Salamun memerlukan penanganan medis khusus untuk lepas dari kecanduannya. "Saya sudah melihat kondisi pemuda tersebut. Ini pertama kali saya melihat kasus ketergantungan atau kecanduan bensin," ujar Patrianusa di Koba, Rabu (4/2/2015) kemarin.

Menurut Patrianusa, pemuda tersebut harus dibawa ke psikiater atau dilakukan penanganan medis secara serius karena kebiasaan menghirup aroma dan meminum besin jelas berdampak terhadap kesehatannya.

"Saya sempat berbincang dengan Salamun. Sepanjang pembicaraan, tidak ada masalah dengan sarafnya. Salamun bicara seperti pemuda normal lainnya, tetapi kondisi fisiknya lemah," ujar Patrianusa.

Patrianusa mengaku sudah memerintahkan tim medis untuk menangani kebiasaan buruk pemuda tersebut sebelum membahayakan bagi kesehatannya. "Ketergantungannya terhadap bensin sangat tinggi, bahkan tidak memiliki semangat hidup jika dalam sehari tidak mengonsumsi dan menghirup aroma bensin," ujar dia.

Bahkan, Salamun tak jarang mencuri bensin di dalam tangki kendaraan orang untuk bisa memenuhi hasrat kecanduannya. "Tingkat kecanduannya terhadap bensin sudah tinggi, kasihan juga melihatnya. Maka itu, perlu penanganan medis untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut," ujar Patrianusa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com