Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Mesin Perang dalam Pencarian AirAsia QZ8501

Kompas.com - 07/01/2015, 13:21 WIB

KOMPAS.com —
Tragedi kecelakaan pesawat terbang AirAsia, 28 Desember lalu, mengundang simpati banyak negara. Sejumlah negara mengirimkan berbagai mesin perang dan instrumen khusus untuk membantu operasi tim search and rescue (SAR) gabungan.

Berikut ini profil dan kinerja dua mesin perang yang biasa dipergunakan untuk misi kemanusiaan. Keduanya memiliki peranti-peranti khusus yang berguna membantu operasi SAR gabungan dalam mencari pesawat AirAsia QZ8501.

1. Pesawat amfibi Beriev Be-200 Altair dari Rusia

Pesawat terbang ini dirancang Beriev Aircraft Company dan diproduksi pabrikan Irkut. Pesawat dirancang sebagai pemadam kebakaran, untuk pencarian dan penyelamatan, patroli maritim, kargo, serta transportasi manusia atau kargo barang.

wikipedia Beriev Be-200

Kapasitas angkutnya beragam, mulai dari 42 hingga 72 orang, tergantung tipe dan variannya. Meski demikian, kapasitas angkut airnya sama-sama 12 ton alias 12 meter kubik.

Secara umum, situs Irkut dan EADS-Irkut Seaplane melansir spesifikasinya: dua penerbang, panjang sayap 32,8 meter, tinggi hingga sayap ekor 8,9 meter, luas total sayap 117,4 meter persegi, bobot kosong 27.600 kg, bobot maksimal lepas landas di darat 41.000 kg.

Adapun bobot lepas landas maksimal dari air 37.900 kg, daya angkut air di ruang kargo 12.000 kg, bobot maksimum barang di ruang kargo 7.500 kg, kapasitas maksimal 44 orang (Be-200ES) dan 72 orang (Be-210).

Dia didorong dan diangkat dua mesin turbofan Progress D-436TP, masing-masing menyemburkan tenaga 7.500 kgf. Sistem avionic ARIA 200-M terintegrasi menjadi andalan utama Beriev Be-200 Altair ini.

Soal performa, kecepatan maksimum pesawat 700 km/jam (435 mph), kecepatan jelajah 560 km/jam (348 mph), kecepatan ekonomi 550 km/jam (342 mph), kecepatan pendaratan 200 km/jam (124 mph), kecepatan lepas landas 220 km/jam (137 mph), kecepatan minimum (sudut kemiringan flaps 38 derajat) 157 km/jam (98 mph), jangkauan dengan tangki standar 2.100 km (1.305 mil), jangkauan dengan tangki tambahan 3.300 km (2.051 mil), ketinggian maksimal terbang 8.000 m (26.246 kaki).

2. C-130 Hercules

Pesawat ini tergolong sebagai alat angkut berat militer, walau juga bisa dipakai kalangan sipil. Ia sudah sangat legendaris dan menjadi referensi utama sistem transportasi pasukan atau persenjataan dan logistik lain bagi militer dunia.

Keunggulan rancangan, kemudahan operasional, kekuatan dan keandalan, hingga kemudahan perawatan dan pemeliharaan, serta kecocokannya dalam berbagai jenis misi menjadi nilai lebih dari pesawat yang juga punya sebutan Herky ini. Bagi penerbangnya di Barat, dia sering diberi "mantra": look like a truck, fly like a Cadillac....

Sejak kali pertama diudarakan pada 1954 dari hanggar produksi pabrikannya, Lockheed-Martin di Amerika Serikat pada 1954, C-130 Hercules langsung menarik perhatian dunia penerbangan militer.

AP PHOTO / ACHMAD IBRAHIM Anggota TNI AU berada di pesawat Hercules menyiapkan angkutan korban jatuhnya pesawat AirAsia flight 8501 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12/2014). Dua dari tujuh jenazah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang telah ditemukan berhasil dibawa ke posko untuk kemudian diidentifikasi di RSUD Sultan Imanudin.

Bermula dari permintaan khusus Kepala Staf Angkatan Udara Amerika Serikat (saat itu), Jenderal Curtis E LeMay, akan keperluan pesawat transportasi berat yang mumpuni bagi pasukan negara itu, Hercules telah berevolusi tanpa harus diubah secara mendasar.

Hampir satu kompi personel infanteri bersenjata perorangan lengkap atau 64 personel pasukan payung plus persenjataan regu dan kendaraan tempur ringan-menengah bisa masuk ke dalam ruang kargonya.

Tentang jumlah manusia yang bisa dia terbangkan, ada catatan rekor tidak sengaja yang hingga kini belum bisa dipecahkan siapa pun. Itu terjadi pada saat Pangkalan Udara Tan Son Nhut di Vietnam Selatan dibombardir Vietcong pada penghujung Perang Vietnam.

Penerbangan pengungsian terakhir itu sangat dramatis, landasan pacu sudah berlubang di sana-sini hasil ledakan amunisi mortir dan meriam Vietcong dan jelas tanpa dukungan personel darat. C-130 Hercules milik Angkatan Udara Amerika Serikat dalam kondisi ditembaki mortir itu akhirnya bisa mengudara menuju wilayah udara Thailand.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com