Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD Semarang: Lima Proyek Pasar dari Dana APBN Mangkrak

Kompas.com - 04/11/2014, 17:10 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Empat pasar yang dibangun dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kabupaten Semarang saat ini kondisinya mangkrak.

Empat proyek pasar tersebut adalah Pasar Agropolitan Sumowono, Pasar Ikan Higienis (PIH) Langensari, Pasar Ikan Muncul Banyubiru, Pasar Bunga di Kompleks Candi Gedongsongo, Bandungan dan Pasar Logam di kompleks Pasar Hewan, Ambarawa.

Mangkraknya pasar-pasar itu dinilai sebagai kesalahan pemerintah pusat. Menurut Sekretaris Komisi B DPRD Kabupaten Semarang, The Hok Hiong, banyak program serta kegiatan atau proyek dari pemerintah pusat yang masuk ke daerah tanpa ada kajian jelas. Akibatnya, banyak proyek dari pusat yang mangkrak di daerah.

"Saat peresmian, pedagangnya diundang, dan hari itu ada orang jualan. Tapi setelah peresmian, tidak ada aktivitas pedagang lagi," kata The Hok di Ungaran, Selasa (4/11/2014).

Politisi PDI-P itu mengungkapkan, saat dirinya menjadi anggota DPRD periode kedua di Komisi B, para pemangku kepentingan pernah mengundang pedagang untuk mengikuti pelatihanan. Namun kegiatan itu hanya sekejap.

Menurut The Hok, dana program atau proyek dari pusat sebaiknya diberikan ke daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU). Dengan demikian, pemerintah daerah nanti yang mengkaji dan mengurus proyek tersebut karena pemerintah pusat tidak akan mengetahui kondisi di daerah.

"Proyek-proyek dari pusat di daerah era itu (SBY) hanya pemborosan anggaran dan proyek ‘titipan’. Azas manfaatnya tidak ada hingga akhirnya mangkrak," tudingnya.

Salah satu yang ia soroti adalah proyek Pasar Agropolitan di Sumowono. Menurut The Hok, mangkraknya pasar yang berada di Desa Candigaron, Kecamatan Sumowono tersebut merupakan persoalan lama yang sulit dicarikan formulasinya untuk kembali dihidupkan.

"Itu (Pasar Agropolitan mangkrak) persoalan lama. Pemkab Semarang mau membuat konsep seperti apapun, Pasar Agropolitan tidak bakal bisa hidup. Pembangunan Pasar Agropolitan yang merupakan program pemerintah itu sebuah kecelakaan. Sebab tanpa kajian yang jelas," tandasnya.

The Hok mengakui, Kecamatan Sumowono memang termasuk daerah penghasil kopi. Namun sudah banyak tengkulak kopi yang datang ke petani untuk membeli, sehingga tidak mungkin disimpan dan dipasarkan di Pasar Agropolitan.

"Kalau mau dijadikan pasar hewan dan pasar pisang, tidak mungkin ada pedagang mau berjualan di sana lantaran tak ada pembeli. Itu namanya pasar 'tetuko', artinya sing tuku ra teko-teko (yang beli tidak datang-datang), sing teko ra tuku-tuku (yang datang tidak beli-beli). Jadi lebih baik dibiarkan saja wong sudah rusak, percuma diperbaiki hanya akan memboroskan anggaran," tegasnya.

Ke depan ia berharap, proyek-proyek dari pusat yang tidak bermanfaat lebih baik ditiadakan.

"Proyek seperti pembangunan Pasar Agropolitan itu kesalahan fatal dari pemerintah pusat. Kita tidak akan menyetujui anggaran pendampingan jika ada proyek pusat yang tidak jelas," pungkasnya.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com