Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Ini Simpan Alat Pengobatan Kesehatan Jiwa dari Zaman Belanda

Kompas.com - 27/10/2014, 10:51 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Dahulu kala, cara-cara tradisional dipakai masyarakat untuk menangani pasien atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Misalnya, merendam pasien dengan air dingin di dalam bak, lalu dipasung kaki dan tangannya. Namun seiring berjalannya waktu, cara-cara sadis tersebut sudah berganti dengan cara yang lebih manusiawi. Baik melalui obat-obatan maupun dengan terapi tertentu.

Nah, apabila ingin mengetahui banyak hal tentang penanganan ODGJ dari masa ke masa, ada sebuah museum kesehatan jiwa di komplek RSJ Prof Dr Soerojo, Kota Magelang, Jawa Tengah. Laiknya museum yang menyimpan benda-benda uzur, museum ini juga menyimpan beragam peralatan kuno yang dipakai masyarakat untuk mengobati pasien kala itu.

Direktur Utama Prof Dr Soerojo, Bambang Prabowo, menyebutkan ada sekitar 40 alat pengobatan pasien tersimpan di museum yang diberi nama Pawiyatan Luhur itu. Bahkan beberapa di antaranya merupakan peninggalan masa Belanda ratusan tahun yang lalu.

“Ini alat untuk menyuntik pasien,” ucap Bambang sembari menunjukkan beberapa alat suntik beragam ukuran, mulai terkecil hingga terbesar, Senin (27/10/2014).

Kemudian Bambang menunjukkan alat yang lebih modern yakni, Elektif Conflusion Terapy (ECT) yang berfungsi sebagai alat terapi kejang. Lalu ada alat DC Shock yang berguna untuk mengantisipasi adanya efek samping pada penggunaan alat ECT. Ada pula Elektro Ensefalogram (EEG), microscope, sampai kursi dorong tua.

“Beberapa di antaranya sudah tidak bisa dipakai, karena sudah tua. Namun ada juga yang masih bisa berfungsi baik,” ucap Bambang.

Bambang menjelaskan, pendirian museum ini berawal dari keinginan jajaran RSJ Prof Dr Soerojo untuk membuat sebuah tempat yang berguna untuk menyimpan sekaligus sebagai pusat pembelajaran ilmu pengetahuan khususnya tentang kesehatan jiwa. Tidak saja bagi para tenaga kesehatan akan tetapi juga masyarakat umum.

“Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat tentang pengetahuan perkembangan pengobatan pasien dengan gangguan jiwa dari jaman Belanda sampai modern saat ini. Mulai dari cara yang tradisional, lalu menggunakan obat yang member efek mengantuk saja sampai penggunaan obat yang mengandung zat-zat penghantar rangsangan saraf,” urai Bambang.

Bangunan museum berukuran 200 meter persegi itu, lanjut Bambang, dibangun sudah sejak masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1923, berumur sama dengan bangunan induk RSJ Prof Dr Soerojo.

Letaknya pun stategis berada di jalur utama Semarang–Magelang, Jalan A Yani, Kota Magelang. Menurut Bambang, museum yang baru diresmikan pada 24 Oktober 2014 lalu itu adalah museum kedua yang didirikan di Indonesia. Museum serupa ada di RSJ Dr Radjiman, Kecamatan Lawang, Malang, Jawa Timur. “Koleksi yang kami miliki belum terlalu banyak, kami masih terus berburu,” tandas Bambang.

Harapan ke depan, ujar Bambang, museum ini juga akan menjadi pusat penelitian kesehatan kejiwaan. Saat ini saja sudah berjalan penelitian tentang kadar kortisol darah pada penderita depresi. Penelitian ini, klaim Bambang, sebagai penelitian yang baru pertama dilakukan di Indonesia.

“Harapan kami semoga museum ini menjadi cikal bakal hospital tourism yang sudah dicanangkan pemerintah,” kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com