Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Pertamina dan YSCLI Selamatkan Tuntong Laut dari Kepunahan

Kompas.com - 20/10/2014, 19:27 WIB
advertorial

Penulis

Tuntong Laut (Batagur borneoensis) adalah salah satu satwa yang keberadaannya sudah sulit sekali ditemukan, terutama di Indonesia. Dan ternyata kepunahan spesies ini disebabkan oleh manusia. Bagaimana tidak? Tuntong Laut sering kali diburu oleh Suku Tamiang yang merupakan salah satu penduduk asli Kabupaten Aceh Tamiang.

Ketika musim bertelur tiba, tepatnya pada bulan Oktober hingga Februari, masyarakat setempat akan mengambil telur-telur Tuntong untuk dikonsumsi. Telur Tuntong sendiri merupakan salah satu bahan utama hidangan tradisional yang dinamakan Tengulik. Sementara Tuntong kecil atau dewasa sering dijadikan hewan peliharaan.

Padahal, proses pertumbuhan Tuntong dari telur hingga dewasa memakan waktu yang cukup lama. Dibutuhkan waktu 8 tahun bagi seekor Tuntong untuk menginjak usia dewasa dan siap bereproduksi. Setiap kali bertelur, Tuntong dapat menghasilkan 12 hingga 24 telur. Selain itu, telur-telur tersebut membutuhkan suhu stabil dengan kisaran 26 hingga 32 derajat celcius agar dapat benar-benar menetas.  

Sayangnya, Tuntong dewasa dianggap sebagai “ladang” uang bagi para pemburu liar untuk kemudian dijual kepada kolektor hewan langka. Kisaran nilai jual seekor Tuntong berusia 8 tahun saja bisa mencapai Rp 10 juta.  

-

Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan menurunnya angka populasi Tuntong, PT Pertamina EP Field Rantau Aceh menjalin kerja sama dengan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia (YSCLI) untuk melakukan pelestarian Tuntong Laut di pesisir Kabupaten Aceh Tamiang.

Beberapa langkah pelestarian yang dilakukan meliputi pengamatan, penyelamatan serta penangkaran. Selain itu, PT Pertamina EP Field juga menjalankan program patroli Tuntong Laut pada 20 – 30 Desember 2013 lalu di tiga kawasan pesisir pantai, yaitu Pantai Pusung Putus, Pantai Pusung Cium dan Pantai Pusung Ujung Tamiang. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui populasi Tuntong Laut saat itu.

Pada Oktober 2013, ada sebanyak 77 tukik dengan rata-rata panjang tempurung 11 cm dilepaskan ke habitatnya. Memasuki musim bertelur pada November 2013 hingga Januari 2014, ada sebanyak 328 telur dari 20 sarang yang berhasil diselamatkan dari perburuan. Namun, tak sedikit pula jumlah sarang yang telah terlebih dahulu dipanen oleh para nelayan.

Joko Guntoro selaku pendiri, peneliti serta pembina YSCLI mengungkapkan bahwa Tuntong menempati urutan ke-25 dari daftar spesies kura-kura yang terancam punah. Data tersebut adalah hasil riset yang dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature, yang merupakan lembaga rujukan untuk tingkat keterancaman flora dan fauna di dunia.

Bentuk kontribusi yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Field Rantau Aceh dan YSCLI adalah pengadaan fasilitas penangkaran dan pengembangbiakan Tuntong, sosialisasi konservasi spesies kepada masyarakat dan juga siswa sekolah, patroli penyelamatan Tuntong beserta telurnya pada musim bertelur, survey habitat, pengayaan habitat, pemeliharaan telur Tuntong, hingga pelepasan Tukik ke habitat aslinya.

Asmen Legal Relation Pertamina EP Rantau-Aceh, H. Jufri menyatakan bahwa tujuan dari program ini adalah untuk melestarikan Tuntong Laut. “Kami terus berupaya meningkatkan populasi Tutong lewat program pelestarian bekerja sama dengan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia selama lima tahun, yang dimulai dari 2013,” ungkapnya.

Berkat upaya pelestarian satwa Tuntong Laut ini, Pertamina berhasil meraih penghargaan dari The La Tofi School of CSR dalam ajang Indonesia Green Awards 2014 untuk kategori Pengembangan Keanekaragaman Hayati.  

“Ini menjadi bukti bahwa sebagai entitas bisnis, Pertamina tidak hanya mengejar kinerja operasi saja, tetapi juga mendukung upaya pelestarian lingkungan di sekitar daerah operasinya,” pungkas H. Jufri.

Fakta seputar Tuntong Laut

Tuntong Laut (Batagur borneoensis) termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Di Sumatera dikenal sebagai beluku, tuntong semangka dan tuntung. Sedangkan di Kalimantan Barat disebut kura-kura jidat merah, dan di Kalimantan Timur disebut tumtum.

Ukuran

50 – 70 cm, dengan berat mencapai 25 kg

Habitat

Daerah muara hingga sekitar 4 km ke arah hulu sungai yang masih dipengaruhi pasang surut air laut. Bertelur di pesisir pantai seperti penyu.

Karakteristik

Hewan akuatik, menghabiskan lebih dari 90% waktunya di dalam air. Sesekali muncul dan berjemur di pinggir sungai atau di atas kayu-kayu yang sudah mati.

Makanan

Sebagai herbivor, Tuntong Laut mengonsumsi daun muda, akar muda dan buah pohon-pohon bakau.

Sumber: satucitafoundation.org

-
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com