Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walau Tanpa Kaki, Sugeng Sukses Jadi Pembuat Gitar Elektrik (1)

Kompas.com - 19/08/2014, 18:56 WIB
Kontributor Kendal, Slamet Priyatin

Penulis


KENDAL, KOMPAS.com
- Sugeng Priyono (37) tampak asyik dengan beberapa kayu yang ada di tangannya. Sesekali dia memicingkan mata untuk memastikan apakah kayu yang sedang dipegangnya itu lurus. Setelah itu, dia membolak-balik kayu lalu menghaluskan permukaannya sampai sesuai dengan keinginannya.

Hampir setiap hari hal itu dikerjakannya di rumahnya yang sederhana. Semangat jebolan SMPN Merbuh itu untuk berkarya sebagai pembuat gitar tidak pernah luntur hanya karena menyandang cacat pada kedua kakinya.

Pemuda yang lahir dari pasangan suami istri Yakub dan Sumiah ini tidak lagi minder karena keterbatasan fisiknya. Sugeng mengaku justru menjadikan hal ini sebagai motivasi untuk belajar dan berkarya lebih baik lagi.

Kini, lelaki berambut sebahu itu mampu membuat gitar elektrik dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk yang ada di pasar.

“Ini adalah anugerah Tuhan. Sebab di balik kekurangan tubuh saya, saya mempunyai keahlian yang jarang dipunyai oleh orang lain, “ ujar Sugeng.

Satu gitar, satu orang

Bujang kelahiran Kendal, 10 Oktober 1977, itu, mengaku, peminat gitar buatannya datang dari Kendal dan berbagai daerah di sekitarnya. Sejumlah pemain kelompok band lokal Kendal dan Semarang, bahkan Yogyakarta, Solo, dan Jakarta, memburu gitar-gitar buatan tangannya. Dari gitar buatan Sugeng, mereka mendapatkan gitar berkualitas tinggi dengan harga yang relatif murah.

Mereka biasanya tahu informasi tentang gitar buatan Sugeng melalui informasi dari mulut ke mulut. Para pelanggannya juga biasanya memeroleh informasi dari brosur-brosur yang disebarkannya di sejumlah acara festival band, baik tingkat pelajar maupun umum.

“Itu cara saya mempromosikan gitar buatan saya. Tapi Alhamdulillah, dengan cara demikian, setiap bulan ada sekitar 5 sampai 7 pemesan yang datang ke rumah saya,” ungkapnya.

Untuk menjaga kualitas gitar elektriknya, Sugeng tidak pernah memproduksi secara massal. Lelaki yang mengaku suka begadang ini lebih suka melayani pesanan.

“Saya lebih mengutamakan keinginan dan kepuasan pelanggan. Gitar yang saya buat sangat personal, satu gitar hanya untuk satu orang. Jadi kita merealisasikan keinginan dari pemesan, pemesan mau gitar yang bagaimana, saya buatkan,” ungkap Sugeng sembari memetik gitar buatannya.

Salah satu karyanya yang paling spektakuler adalah gitar berbentuk Lespaul, yakni bentuk lubang melingkar di body-nya. Konon, ada salah satu toko alat musik di Semarang yang sangat tertarik dengan model tersebut karena dinilai eksotis dan berbeda dengan bentuk gitar kebanyakan. Namun karena sudah berkomitmen hanya melayani pesanan personal, tawaran memproduksi masal dengan bentuk yang sama pun ditolaknya.

Mahoni dari desa sendiri

Sugeng menjelaskan bahwa harga sebuah gitar tergantung pada spare part-nya, seperti spool. Jika menggunakan spool lokal, paling mahal harga gitarnya hanya Rp 1,5 juta. Namun, jika menggunakan spool buatan Korea, harga gitar bisa lebih dari itu.

Menurut pemuda yang mengaku pernah patah hati pada perempuan ini, inti dari gitar elektrik ada di spool atau PU. Semakin bagus spool-nya, semakin mahal harga gitarnya.

”Semua tinggal pemesannya. Permintaan modalnya bagaimana, aku siap membuatkan”  ungkap pria yang juga menjadi vokalis group band SICK Boja ini.

Sementara itu, lanjutnya, kayu yang baik untuk membuat gitar, adalah kayu mahoni. Pasalnya kayu ini bisa menghasilkan bunyi yang baik. Di samping itu, kayu ini tergolong tidak cepat melengkung, seratnya bagus dan tidak begitu berat.

Beda dengan kayu jati, tambah Sugeng. Meskipun seratnya lebih bagus, namun berat jika sudah sudah menjadi gitar. Di samping itu, menurut dia, susah untuk mencari kayu jati tua dan biasanya harganya juga mahal.

Bagi Sugeng, mendapatkan kayu mahoni sangatlah mudah. Dia mengaku biasa membeli kayu mahoni dari penduduk setempat karena di desanya masih banyak pohon mahoni yang berukuran besar.

“Untuk mencari kayu mahoni, di desa saya masih cukup mudah. Masih banyak penduduk yang punya pohon mahoni,” tambah dia.


BERSAMBUNG: Walau Tanpa Kaki, Sugeng Sukses Jadi Pembuat Gitar Elektrik (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com