Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Meninggal, Peserta Sail Raja Ampat Dirawat karena 2 Jarinya Putus

Kompas.com - 10/08/2014, 18:17 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Sehari sebelum meninggal karena serangan jantung di kapalnya, warga negara Australia Dieter August Sattler (71), sempat dirawat di RS Mgr Gabriel Manek, Atambua, Kabupaten Belu, karena dua jarinya putus.

Kapolres TTU Ajun Komisari Besar I Gede Mega Supawitha mengatakan korban dirawat di rumah sakit selama satu hari, kemudian keluar dan kembali ke kapalnya.

“Jarinya tengah dan jari manis tangan sebelah kanan, putus terkena jangkar saat berada di perairan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang selanjutnya mereka mencari bantuan medis hingga ke Puskesmas Wini, Insana Utara, TTU, namun karena keterbatasan peralatan medis, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Atambua,”jelas Suparwitha di Kefamenanu, Minggu (10/8/2014).

Suparwitha mengatakan Sattler bersama rekan-rekannya yang lain sudah berada di perairan Wini sejak Rabu (6/8/2014) lalu dalam rangka mengikuti kegiatan Sail Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.

Sebelumnya diberitakan Dieter August Sattler (71), peserta sail Indonesia Raja Ampat asal Australia ditemukan tewas di dalam kapal miliknya saat memasuki perairan Wini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.

Kapolres TTU AKBP I Gede Mega Suparwitha mengatakan, Sattler meninggal akibat serangan jantung pada Sabtu (9/8/2014) petang.

“Di dalam kapal itu, Dieter bersama dua rekannya yang lain asal Polandia yakni Rudoslaw Chromik dan Viktoria Emilian. Saat terkena serangan jantung, dua rekannya sempat turun ke darat untuk mencari bantuan dokter. Setelah dokter masuk ke kapal dan memeriksa korban, ternyata nyawanya tidak bisa tertolong lagi,”jelas Suparwitha.

Tim medis dan polisi dari Polsek Insana Utara membawa jenazah Sattler ke Kefamenanu, kemudian dibawa ke RSU WZ Yohanes Kupang untuk disemayamkan.

“Kita juga masih koordinasi dengan pihak kedutaan Australia dan konsulat serta keluarga korban di Australia untuk membawa jenasahnya kembali ke negaranya,” kata Suparwitha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com