Pudjo menjelaskan, sebelum kejadian Penias Lokbere ribut dengat gurunya, Nasir Lokbere yang tidak memberikan ijazahnya. Karena kecewa, Penias kemudian mengkonsumsi minuman keras dan selanjutnya mengendarai motor yang berujung kecelakaan.
"Pihak keluarga Penias kemudian menuduh Nasir Lokbere sebagai penyebab kematian Penias. Permintaan keluarga Penias untuk menyelesaikan masalah di Kenyem diabaikan Nasir, berujung penyerangan kepada keluarga Nasir di Kenyem, Kabupaten Nduga," jelas Pudjo melalui telepon selulernya, Minggu (22/6/2014).
Akibat kasus tersebut, puluhan kerabat Penias kemudian menyerang keluarga Nasir yang berujung bentrokan menggunakan senjata tajam tradisional panah. Aparat Kepolisian dibantu TNI yang mencoba melerai dua kelompok warga bertikai menurut Pudjo justru menjadi sasaran penyerangan warga.
"Praka Ashar, BKO Kodim 1702 Jayawijaya terkena panah dipantat kiri. Merasa terancam, aparat kemudian melepaskan tembakan peringatan berulang kali," ungkap Pudjo.
Setelah dua kelompok warga dapat dilerai, 3 orang warga bersama Praka Ashar yang terluka kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Jayawijaya, di Wamena untuk mendapat perawatan.
Saat ini, menurut Pudjo situasi sudah kembali tenang dan kedua pihak sudah dimediasi aparat Kepolisian.
Pudjo menyayangkan insiden bentrokan warga di Kenyem akibat aksi main hakim sendiri yang berujung bentrokan yang melukai warga serta seorang prajurit TNI.
"Kami berharap warga bisa menahan diri dan tidak main hakim sendiri apalagi saling serang dengan senjata tajam. Bukan hanya melukai warga yang berselisih tapi juga orang lain," tegas Pudjo.