Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasihin: Saya Berdoa Kepala Anak Saya Segera Ditemukan

Kompas.com - 28/04/2014, 15:11 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com
- Nasihin dan Inbawati terlihat lelah saat ditemui, Senin (28/4/2014). Orangtua Eni Marpuah, perempuan yang ditemukan tewas tanpa kepala, ini tak henti-hentinya mencari kepala anaknya yang belum ditemukan.

"Baru pulang dari sungai cari kepala anak saya," kata Nasihin dengan suara parau.

Lelaki yang merantau ke Singaraja, Bali, ini mengaku langsung pulang ke Banyuwangi saat mengetahui anaknya ditemukan dalam kondisi tewas dan mengambang di sungai. Raut sedih menghiasi wajahnya.

"Yang membuat saya tambah sedih sampai hari ini, kepala anak saya belum juga ditemukan. Kalau badannya sudah langsung dimakamkam pada Sabtu malam selesai dimakamkan," tambahnya.

Dia mengaku tidak habis pikir mengenai apa yang dipikirkan oleh pembunuh anaknya saat melakukan mutilasi. Pasalnya, pelaku adalah tetangganya sendiri yang tinggal hanya kurang dari 500 meter dari rumahnya.

Meski tetangga, lanjut Nasihin, keluarga pelaku belum juga datang ke rumahnya untuk menyampaikan ucapan belasungkawa. Menurutnya, dirinya tidak benci pada keluarga SA dan ARA.

"Saya tidak masalah dengan orangtuanya, toh mereka tetangga saya. Orang tuanya tidak bersalah tapi tidak untuk anaknya. Dia harus dihukum mati dan keluarga kami tidak akan pernah memberikan keringanan," tuturnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Saya tidak bisa membayangkan betapa sakitnya anak saya saat dibunuh lalu kepalanya dipotong. Setiap mengingat itu rasanya saya tidak bisa menerima. Nyawa yang harus dibalas nyawa. Pelaku harus dihukum mati," katanya.

Inbawati, ibu Eni, lalu turut menuturkan bahwa dirinya sempat mencari-cari Eni saat tak kunjung pulang ke rumah.

"Saat dia hilang beberapa hari, saya berusaha menghubungi nomer telepon Eni. Itu hari Senin (21/4/2014) saya telepon, tapi tidak diangkat. Akhirnya saya SMS menanyakan keberadaan dia. Dia membalas dengan mengatakan tidak usah mencari Eni karena dia mau kerja buat beli rumah. Kalau uangnya sudah banyak, ia akan pulang. Setelah itu HP-nya enggak aktif," ujar Inbawati dengan mata berkaca-kaca.

Namun, menurut Inbawati, setelah mengetahui kronologi pembunuhan anaknya, dia baru sadar bahwa yang membalas SMS itu bukanlah Eni.

"Pasti pelakunya yang jawab SMS saya. Saya tahu kalau anak saya pacaran sama pelaku. Saya sudah mengingatkan karena sejak pacaran dia berubah jadi pendiam dan jarang ada di rumah. Bahkan saat saya pulang ke Banyuwangi awal April lalu dia tidak mau saya ajak kondangan nikahan kerabat," tambahnya.

Saat ini keluarga masih mengupayakan untuk menemukan kepala korban. Menurut perempuan yang mempunyai tiga anak ini, keluarga menggelar pengajian di rumahnya sejak hari Minggu.

"Warga tiga dusun gantian setiap hari menyelusuri sungai buat cari kepala anak saya. Pagi, siang, sore dan malam mereka terus saja cari bahkan menggali tanah di sekitar jurang yang katanya tempat meletakkan jasad Eni. Bahkan beberapa keluarga juga datang ke paranormal tapi sampai hari ini hasilnya nggak ada," ungkapnya.

"Kami berdoa agar kepalanya segera ditemukan," tandasnya kemudian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com