Koordinator Pengungsi Hewuli, Bronvile Wero, mengatakan, setelah direlokasi ke tempat aman, sebanyak 251 KK pengungsi sudah membangun rumah di Hewuli. Namun, tempat tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas MCK karena lahan yang seluas 120 meter persegi sangat terbatas untuk membangun rumah.
"Warga pengungsi terpaksa buang air besar (BAB) di kebun milik penduduk asli Hewuli. Memang baru-baru ini ada bantuan 10 septic tank, tetapi itu terbatas sekali, sementara untuk MCK tidak ada. Warga pun terpaksa BAB, mandi, dan cuci di rumah penduduk setempat," ungkap Bronvile, Jumat (28/2/2014).
"Warga juga BAB di sebuah kandang ayam milik salah satu warga. Kalau malam, mereka BAB langsung di kebun, sedangkan siang harinya mereka BAB di kantong kresek, lalu dibuang ke kebun penduduk," sambungnya.
Sementara itu, untuk mencuci dan mandi, semua warga menyerbu sebuah sumur tua yang letaknya tak jauh dari permukiman pengungsi. Sumur itu pun tidak layak untuk digunakan.
Selain itu, lanjut Bronvile, warga juga kesulitan mendapat bahan makanan. Bantuan dari pemerintah berupa beras disalurkan dua bulan sekali, sebanyak 5 kilogram. "Bantuan beras itu paling lama bertahan 10 hari saja, dan selanjutnya warga berusaha sendiri mencari makanan," kata Bronvile.
Bronvile pun berharap adanya bantuan dari pemerintah setempat dengan menyediakan lahan pertanian bagi warga untuk diolah sehingga warga tidak lagi mengalami kesulitan makanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.