Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertimbun Batu dan Lumpur, 26 Orang Masih Hilang

Kompas.com - 28/01/2014, 09:16 WIB
SIAU, KOMPAS.com -  Pencarian korban hilang yang diduga tertimbun material batu, kayu, dan lumpur di Pantai Nameng, Kecamatan Siau Barat Utara, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, pada Sabtu (25/1/2014) terkendala gelombang tinggi dan angin kencang.

Hingga Senin kemarin, dari 27 korban hilang, baru satu korban ditemukan. Kemarin petang, tim penolong yang terdiri dari unsur TNI dan SAR, dibantu masyarakat, menemukan jenazah Adolf Sidangoli (47) terjepit timbunan kayu besar yang terbawa air bah ke pantai.

Setelah dievakuasi, jenazah Adolf dibawa ke rumahnya di Desa Nameng, sekitar 200 meter dari pantai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sitaro Herry Lano mengatakan, penemuan jenazah tersebut memberi arti bahwa banyak korban tertimbun material di pantai setelah perahu yang mereka tumpangi hancur dihantam air bah pada Sabtu lalu.

Namun, pada pukul 18.00, pencarian 26 korban terpaksa dihentikan karena hari mulai gelap. Selain itu, tim SAR yang menggunakan perahu karet kesulitan merapat ke pantai. ”Ombak tinggi dan angin kencang di lokasi (bencana),” kata Kepala Kantor SAR Manado Suyanto Samidjan.

Dengan penemuan jenazah Adolf, berarti korban tewas dalam peristiwa Sabtu lalu tersebut menjadi tiga orang. Sabtu lalu, masyarakat menemukan jenazah Cornela Manutur (56) dan Apris Antaramen (45).

Para korban adalah penumpang perahu yang hendak menuju ke Desa Ulu di Siau Timur, sekitar satu jam perjalanan dengan perahu dari Pantai Nameng. Selain korban tewas dan hilang, ada dua orang selamat dan lima korban terluka berat dalam peristiwa tersebut.

Keterangan yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Sitaro, Senin, lima korban luka berat adalah Regina Sidangoli, Respi Maliku, Wilson Kendung, Suntje Mugawe, dan Steven Mananohas. Setelah dirawat di Rumah Sakit Sawang, Siau, kini korban dirawat di Rumah Sakit Prof Dr Kandou, Manado.

Kepala Polres Sangihe Ajun Komisari Besar Soemitro mengatakan, dua orang yang lolos dari bencana adalah Andrianto Balumpia dan Rintu Lintogareng. Mereka berhasil melompat dan berlari menjauhi perahu sesaat sebelum air bah yang membawa material batu, kayu, dan lumpur menghantam perahu mereka.

”Mereka sempat melihat air jatuh dari lereng gunung dengan bunyi yang keras. Para korban ketika itu berada di dalam perahu tertutup terpal karena hujan,” ungkapnya.

Selain air bah, terjadi pula longsor yang membuat wilayah Nameng terisolasi. Kemarin pagi, Pemerintah Kabupaten Sitaro membuka jalur yang tertutup tanah longsor. Pemkab juga membuat tiga jembatan darurat menggunakan batang kelapa untuk menembus Nameng. (ZAL/REK/HEN/NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com