Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedikasi Guru SLB, Antar-Jemput Siswa agar Mau Sekolah

Kompas.com - 07/11/2013, 18:19 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com
 — Ari (8) dan kawan-kawan menyanyi sambil bertepuk tangan. Wajah mereka tampak gembira. Mereka duduk membentuk lingkaran di dalam ruangan kecil di teras samping rumah warga.

Ari dan 13 kawannya adalah murid Sekolah Luar Biasa (SLB) ABCD PGRI 3 Cluring Kelas Jauh yang berada di Dusun Tanjung Rejo, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo.

Menurut seorang pengajar, Ahmad Imron Syafii, sebelumnya aktivitas belajar mengajar mereka berlangsung di salah satu bangunan di kantor Desa Bangorejo. "Awalnya sudah ada tempat baru di sekitar lokasi lama tapi ya itu tadi karena sesuatu hal kami tidak bisa menempati. Untungnya ada yang berbaik hati memberikan kami tempat untuk mengajar anak-anak ini," jelas Imron.

Imron menjelaskan, ada empat tenaga pengajar dan semuanya masih tenaga relawan. Murid mereka terdiri dari 1 orang tunanetra, 4 tunawicara, dan sisanya adalah tunagrahita. Mereka terbagi di kelas 1, 2, 3, 4, dan 6.

Sebagian siswa adalah pindahan dari sekolah umum karena sebelumnya tidak ada sekolah luar biasa di wilayah tersebut. Mereka berasal dari keluarga miskin, kata Imron, sehingga pihaknya tidak mematok biaya.

"Mereka membayar ya kami terima, tidak dibayar ya tidak kami paksa. Yang penting mereka mau sekolah," ujar Imron.

Dian Oktasari (24), guru lainnya, menjelaskan, semua guru masih berstatus mahasiswa. Selain mengajar, mereka juga masih harus menjemput dan mengantar siswanya untuk bersekolah.

"Kalau tidak diantar jemput, mereka tidak akan berangkat sekolah karena ada yang orangtuanya enggak ada kendaraan, yatim piatu, broken home sehingga enggak ada yang antar jemput. Ada 9 siswa yang kami bagi empat untuk antar jemput. Setiap berangkat sekolah kami hampiri, pulangnya ya kami antar," ujar Dian.

Dian mengaku ikhlas melakukan hal itu setiap hari. "Kalau dibilang capek ya capek, tapi sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mengajar mereka. Mereka juga punyak hak untuk mendapatkan pendidikan."

Saat ditanya gaji yang mereka terima, Ahmad Imron Syafii dan Dian Oktasari kompak menolak menjawab. "Ada sih tapi jika dihitung-hitung memang tidak sebanding. Tapi kami percaya rezeki Tuhan yang mengatur," ujar Ahmad Imron enteng.

Pinjamkan teras untuk belajar

Sholeh Hadi Purwanto, pensiunan guru yang meminjamkan teras samping rumahnya untuk dijadikan tempat belajar mengajar SLB ABCD PGRI 3 Cluring, mengatakan, yang dilakukannya adalah tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. "Mereka baru tiga hari di sini," jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (7/11/2013).

"Saya enggak tega mereka kebingungan mencari tempat. Sempat ada rencana di balai dusun. Tapi enggak layak akhirnya saya pinjamkan teras samping rumah saya. Awalnya teras rumah itu dibuat kumpul anak-anak pramuka dan karang taruna. Tapi sejak saya pensiun ruangan itu kosong. Ya sudah biar saja mereka belajar di sana daripada di balai dusun yang terbuka. Kasihan anak-anak. Mereka berkebutuhan khusus jadi ya butuh perhatian khusus," jelasnya dengan suara parau.

Shaleh tidak memberikan batas waktu sampai kapan teras samping rumahnya dipakai. "Terserah mereka mau memakainya sampai kapan. Tapi saya berharap pihak-pihak terkait bisa memberikan perhatian lebih kepada anak-anak berkebutuhan khusus itu termasuk guru-gurunya. Menyediakan tempat yang layak untuk belajar," ungkapnya.

Kalau tidak melakukan sesuatu, Sholeh yang sudah pensiun merasa malu ketika melihat dedikasi para pengajar. "Usia mereka masih di bawah 25 tahun. Masih muda tapi ikhlas mengajar dengan gaji kecil. Mereka masih harus antar jemput murid dan mau mengajar di teras. Tentunya bukan pilihan yang mudah bagi mereka," katanya.

"Semoga mereka segera mendapatkan gedung baru sehingga proses belajar dan mengajar mereka bisa nyaman," harap Sholeh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com