Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Tahun Oma Wilhelmina Rawat Anak yang Dikucilkan di Kebun

Kompas.com - 09/08/2013, 20:29 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MINAHASA. KOMPAS.com
- Wilhelmina Mogot (82), warga Desa Kaima Lingkungan III, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa terlihat lelah ketika menerima Kompas.com, Jumat (9/8/2013) sore.

Rutinitasnya selama puluhan tahun tiba-tiba berubah sejak kemarin. Kini dia menjadi perhatian warga Sulawesi Utara sejak foto serta kisah hidupnya diunggah ke Facebook oleh anggota Persatuan Pewarta Foto Indonesia (PPWI) Minahasa Kamis (8/8/2013) kemarin.

Oma Wilhelmina, demikian dia disapa, selama puluhan tahun hidup dalam keprihatinan. Betapa tidak, setiap hari dirinya harus menjaga dan memberi makan anaknya, Deni Mogot (40) yang dianggap gila oleh warga sekitarnya. "Dia memang dibilang gila, tapi Oma sayang sama dia. Tiap hari harus beri makan dan ganti bajunya," ujar Oma Wilhelmina.

Anaknya, Deni Mogot, dianggap gila oleh warga sekitarnya sejak puluhan tahun lalu. Kondisi itu diperparah saat istri serta anaknya meninggalkan Deni. "Sekitar 15 tahun lalu, istrinya pergi entah kemana," ujar Nyong Mogot (60), seorang sepupu Deni.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Deni Mogot (40), warga Desa Kaima Kecamatan remboken, Kabupaten Minahasa yang dianggap gila sehingga dikucilkan selama puluhan tahun di sebuah kebun.
Sejak dianggap gila, Deni dikucilkan warga di sebuah kebun di belakang rumah. Dirinya hanya tinggal di sebuah tenda seadanya di bawah sebuah pohon. Dia dibiarkan tanpa perhatian sama sekali.

"Ibunyalah yang mencarikan dia makanan serta pakaian untuk dirinya. Setiap hari mulai dari pagi Oma Wilhelmina sudah menjagai anaknya. Jika tidak hujan, Oma akan tidur di kebun itu demi menjaga Deni," jelas Nyong.

Menurut Nyong, Oma bersama keluarganya pernah berusaha membawa Deni berobat. Mereka pernah meminta surat keterangan keluarga miskin dari pemerintah desa. "Tapi kami mundur setelah di rumah sakit, tidak mampu menyediakan uang muka yang mereka minta," sesal Nyong.

Praktis hingga saat ini Deni tidak pernah sama sekali mendapat perhatian dari siapapun kecuali dari Oma Wilhelmina. "Mereka pemerintah tahu kami di sini, tapi tidak peduli," tambah Oma Wilhelmina.

Sementara itu, Kepala Desa Kaima, Marthin Tombeng mengakui dia baru dua tahun ini menjabat kepala desa. Keberadaan Oma Wilhelmina bersama anaknya memang sudah diketahui oleh pemerintah. "Tapi tidak ada realisasi apapun untuk membantu mereka, semua hanya janji," ujar Tombeng.

Beruntung sekelompok awak jurnalis di Minahasa di bawah koordinasi PPWI Minahasa melakukan investigasi lanjutan atas temuan data penerima dana BLSM beberapa waktu lalu.

Mereka melakukan penelusuran terhadap data penerima BLSM yang tidak mencantumkan beberapa keluarga sasaran yang semestinya harus menjadi penerima, termasuk Oma Wilhelmina.

"Kami menemukan fakta bahwa Oma Wilhelmina dan Deni memang tidak dimasukkan dalam data itu, padahal mereka yang sangat layak menerimanya," ujar Ketua PPWI Minahasa, Michael Pandeirooth.

Foto-foto Michael kemudian diunggap ke Facebook oleh Greiny Sambur, seorang wartawan di Minahasa. Dari foto-foto itulah, keprihatinan terhadap Oma Wilhelmina menyebar. Berbagai bentuk kritik terhadap Pemerintah Kabupaten Minahasa pun mengalir.

"Ini perlu mendapat perhatian yang serius. Mengapa hal ini bisa terjadi. Kita hanya bicara soal kondisi seperti ini di daerah lain, padahal di Minahasa sendiri ada," ujar Sekretaris Garda Aku Cinta Sulawesi Utara, Constantijn Watupongoh yang ditemui di lokasi.

Menurut Constantijn, Garda ACSU kini sedang mendata kebutuhan Oma Wilhelmina dan secepatnya melakukan koordinasi untuk menyalurkan bantuan tersebut. "Kita tidak perlu menunggu pemerintah, kita harus berbuat sebagai bentuk solidaritas terhadap apa yang dialami oleh saudara kita ini," papar Constantijn.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com