Berdasarkan pantauan Kompas.com, "gepeng" yang sudah menjamur dalam dua pekan terakhir ini terdiri dari anak-anak hingga orangtua. Bahkan beberapa di antara mereka sudah renta dan rambut beruban semua. Mereka duduk di atas trotoar sambil menengadahkan tangan. Sebagian gepeng juga ada yang gila dengan pakaian kumal dan dekil serta tatapan matanya kosong.
“Biasanya pas lampu merah, beberapa pengemis nyerbu pengendara yang berhenti, saat itulah titik kerawanan karena tidak lama setelahnya lampu hijau," ungkap Nasruddin, warga Desa Geulanggang Gampong, Kecamatan Kota Juang, Selasa (30/7).
Senada dikeluhkan Afrina, ibu rumah tangga yang setiap pagi rutin berbelanja ke kota. “Setiap pagi saya memang lewat Simpang Empat dan semakin banyak pengemis yang turun tatkala lampu merah (menyala, red),” sebut warga Meunasah Gadong itu.
Menurutnya, menjelang Ramadhan, "gepeng" berkeliaran dan mayoritas anak-anak di bawah umur. Mereka menenteng kardus berukuran sedang.
“Kasian melihatnya, kalau tiba-tiba terjadi kecelakaan bagaimana?,” tanyanya pelan.
Ia berharap, pemkab setempat melakukan antisipasi terkait keberadaan gepeng tersebut. Tak cukup dengan razia rutin, melainkan memberi sanksi sosial yang bisa mengubah pola pikir gepeng agar tidak lagi memanfaatkan momen Ramadhan untuk mengais rezeki berlimpah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.