Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Langit Mendung, Warga Pindahkan Barang ke Tempat Tinggi

Kompas.com - 04/07/2013, 19:43 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis


PAMEKASAN, KOMPAS.com - Selama kurun waktu dua bulan, tiga kali banjir melanda di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Kejadian pertama pada akhir April lalu, kedua pada pertengahan Juni dan musibah ketiga pada Kamis (4/7/2013) atau hari ini.

Banjir kali ini tidak hanya terpusat di kota saja yang sudah menjadi langganan, tetapi juga menyebar ke desa-desa yang belum pernah terkena banjir.

Mustofa, warga Desa Jalmak, Kecamatan Pamekasan menuturkan, ketika ada tanda-tanda langit mendung tebal, maka seluruh barangnya diangkat ke tempat yang lebih tinggi. Sehingga ketika datang banjir sewaktu-waktu, barang-barang tersebut tidak terendam.

"Saya trauma kalau barang-barang elektronik dan bahan kebutuhan sehari-hari terendam. Sebab tidak ada yang mau ganti. Bantuan pemerintah hanya sekadar makan saja," kata Mustofa.

Abdullah Waid, warga Desa Gugul, Kecamatan Tlanakan juga mengaku heran dengan kejadian banjir yang kerap melanda Kabupaten Pamekasan. Padahal beberapa tahun sebelumnya, banjir hanya terjadi di daerah dekat sungai saja.

"Kalau sekarang semua sawah, rumah warga yang berada di dataran agak rendak sudah pasti banjir," terangnya.

Untuk banjir kali ini, di daerah perkotaan meliputi Kelurahan Parteker, Kelurahan Barurambat Timur, Kelurahan Jungcangcang, Kelurahan Kangenan, Desa Jalmak, Desa Teja Timur, Desa Panglegur, Desa Lemper dan Kelurahan Lawangan Daya. Banjir di daerah-daerah itu ada yang mencapai 1,5 meter.

Yang paling sering terjadi banjir meskipun hanya hujan sebentar adalah di Desa Muntok, Kecamatan Larangan. Jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep ini membuat macet kendaraan roda empat dan roda dua. Sebab ketinggian air bisa mencapai 1 meter lebih. Di kana kiri jalan, sawah-sawah warga berubah menjadi danau dan menjadi lokasi baru untuk memancing ikan karena lokasinya berdekatan dengan pantai.

Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Pamekasan Herman Kusnadi menjelaskan, banjir yang melanda Pamekasan karena beberapa sungai sudah mengalami pendangkalan dan butuh pengerukan agar saluran air tidak tersumbat.

"Sudah puluhan tahun tiga sungai di Pamekasan tidak pernah dikeruk. Sungai itu meliputi Kali Jombang, Kali Kaloang dan dan Semajid. Kalau semuanya sudah dikeruk, air tidak akan tersendat," terangnya.

Untuk itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan badan pengelolaan sungai Brantas yang ada di Pamekasan, untuk melakukan pengerukan. Saat ini anggarannya sedang diajukan ke pemerintah pusat.

"Mudah-mudahan tahun depan pengerukan sungai sudah bisa dilakukan," ungkap Herman.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteroologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Surabaya kepada Pemkab Pamekasan, saat di Madura sedang terjadi kemarau basah. Cuaca semacam ini akan berlangsung hingga bulan September mendatang. Namun pada pertengahan bulan Juli ini, intensitas hujan sudah mulai berkurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com