Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ufa, Guru bagi Kemerdekaan Anak-anak Berkebutuhan Khusus...

Kompas.com - 17/08/2016, 07:22 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang perempuan berjilbab ungu menyalakan laptop di depan gadis berusia 11 tahun. Dengan suara lembut, perempuan yang bernama Masfufah tersebut meminta kepada Ivo, muridnya untuk menulis kata "Indonesia" di laptopnya.

"Ivo coba ketik satu persatu hurufnya. Rileks tidak usah terburu buru. Bu Ufa menunggu Ivo sampai selesai," ucap perempuan kelahiran 1971 tersebut. Butuh waktu sekitar 15 menit, Ivo menulis kata "Indonesia" di layar laptop dengan tangan gemetar.

Setelah selesai, Ivo bertepuk tangan kegirangan. Ivo dan keenambelas rekannya adalah siswa kebutuhan khusus yang bersekolah di Yayasan Matahati.

Berbeda dengan sekolah pada umumnya, yayasan yang berdiri sejak tahun 2012 tersebut menerima anak-anak kebutuhan khusus, yang mengalami tuna ganda atau tuna majemuk yaitu kecacatan lebih dari satu.

Ia menjelaskan selama ini anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus susah untuk mendapatkan akses pendidikan.

"Anak anak harus merdeka memilih sekolahnya sendiri, termasuk anak anak yang berkebutuhan khusus. Mereka bebas mau sekolah dimana saja. Namun kenyataannya banyak sekolah yang menolak mereka," ungkap Ufa.

Sekolah yang ia dirikan bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk melihat kemungkinan mana yang bisa dikembangkan sehingga mereka lebih mandiri baik secara pribadi dan sosial. Selain itu, dia berharap mereka tidak mengalami diskriminasi dan mendapatkan pelayanan yang baik.

"Ini bukan seperti penyakit Thypus yang diberi obat kemudian sembuh. Guru harus kreatif dan setiap anak mendapatkam penanganan yang berbeda beda," ungkapnya.

Ia mencontohkan Ivo, ketika mengalami kesulitan menulis penggunakan pulpen, maka guru bisa menggunakan media lain seperti laptop.

"Jika konsep menulis hanya mendefinisikan memegang alat tulis lalu merangkai abjad maka Ivo tidak akan pernah bisa menulis sehingga guru harus pintar pintar berkreasi," tambahnya.

Setiap siswa di Yayasan Matahati, Ufa menjelaskan akan mengikuti program=program pembelajaran individu yang disusun antara guru dengan orangtua. Idealnya program tersebut juga di dampingi oleh dokter, psikolog, dan terapis.

"Di sini masih belum dilengkapi semoga segera ya," katanya sambil tersenyum.

Rekomendasi medis nantinya akan dijadikan patokan para guru untuk memberikan pelayanan kepada murid.

Berkeliling

Bukan hanya memberikan pelayanan pendidikan di sekolah yang juga jadi tempat tinggalnya, Ufa dibantu dengan enam guru, juga memberikan pelayanan pendidikan di beberapa titik di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com