"Itulah uniknya angklung. Bahkan Presiden pertama kita, Soekarno mengatakan, angklung merupakan alat pemersatu," ujar pemilik Saung Angklung Udjo (SAU), Taufik Udjo kepada Kompas.com, Selasa (21/4/2015).
Taufik menjelaskan, dahulu, pencipta angklung Daeng Soetigna kerap diajak Soekarno pada beberapa kegiatan. Salah satunya, Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. "Saat itu di hadapan para delegasi di Gedung Merdeka, Pak Daeng mengajak para tamu berinteraktif memainkan angklung. Para tamu begitu antusias dan menikmati permainan," tutur Taufik.
Saat itu, Soekarno mengatakan, angklung menjadi alat pemersatu yang menimbulkan rasa kebersamaan, pemersatu, dan harmoninya begitu indah. Ungkapan sang proklamator itu bukannya tanpa alasan. Sebab, sambung Taufik, bermain angklung memiliki nilai filosofis yang tinggi. Bagaimana seseorang harus memiliki rasa toleransi yang tinggi agar angklung mengeluarkan suara yang indah.
"Bermain angklung itu saling mengerti agar tercipta harmonisasi. Karena angklung tidak bisa dimainkan sendiri-sendiri," bebernya.
Dalam acara puncak KAA 2015 di Gedung Merdeka, angklung akan kembali diperdengarkan. Alat musik tradisional ini akan mengiringi paduan suara Universitas Padjadjaran. Namun bedanya, tidak dijadwalkan permainan interaktif. "Saya berharap masih bisa bermain interaktif di Gedung Merdeka," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.