Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihat Temannya Banyak Duit karena Jadi PSK, Neng Pun Tergiur (2)

Kompas.com - 02/02/2015, 12:18 WIB

SUBANG, KOMPAS.com 
— Namanya Neng. Pada usianya yang masih belia, 16 tahun, siswi kelas XI sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Subang ini sudah terbiasa menemani laki-laki hidung belang yang datang ke kampungnya. Dia rela keperawanannya ditukar dengan sebuah sepeda motor (baca selengkapnya: Demi Uang, Neng Tukar Keperawanan dengan Sepeda Motor (1).


Yona tidak ingat sudah sejak kapan memulai menjalani profesi gadis penghibur, tetapi sekitar setahun terakhir. Ia memilih tidak memikirkan dan menganggap aktivitas di dunia hitam sebagai sebuah pekerjaan.

"Sebenarnya terkadang risih kalau dapat tamu yang yang sudah berumur. Tapi bagaimana lagi, namanya juga kerja. Yang penting mah duit. Tamu tua atau muda tidak penting lagi," ujarnya.

Keputusan Yona terjun menjadi gadis penghibur dilakukan saat ia masih duduk di kelas X SMA. Bagi Yona, menjadi gadis penghibur sebenarnya mimpi buruk. Tetapi apa daya, keinginannya untuk bisa hidup senang dengan berlimpah uang telah menariknya dengan kuat untuk menjadi gadis penghibur.

Apalagi sejak beberapa tahun terakhir kehidupan ekonomi keluarganya sangat buruk. Sejak ayahnya tidak lagi menjadi tukang ojek dan ibunya tak menjadi buruh tani, Yona jarang mendapatkan uang jajan.

"Tidak ada yang memaksa. Neng begini atas inisiatif sendiri," kata Yona ketika ditanya apakah ada paksaan dari keluarga atau orang-orang tertentu ketika ia memilih menjadi gadis penghibur.

"Teman-teman Neng malah sudah sejak SMP mereka menjalani profesi seperti ini. Neng lihat, mereka pada senang hidupnya. Uangnya banyak. Bisa beli motor sendiri," tuturnya.

Pada suatu waktu, Yona mengutarakan niatnya itu kepada sang kakak kandungnya yang juga berprofesi menjadi calo gadis penghibur bagi para laki-laki yang datang ke desanya.

Kata Yona, kakaknya sempat menanyakan keseriusan dan kesiapannya menjadi gadis penghibur.

"Tapi akhirnya kakak Neng setuju. Waktu itu orangtua belum tahu."

Dari hasil diskusi Yona dengan sang kakak, keduanya bersepakat untuk menjual kegadisannya. Tidak butuh waktu lama bagi Yona untuk menemukan seseorang yang akan memberi uang lumayan besar.

"Waktu itu ada orang yang berani membayar mahal. Kencan pertama Neng dibayar dengan Honda Beat," ungkapnya.

Sejak saat itu, Yona menjadi pendatang baru sebagai gadis penghibur di desanya. Pada bulan-bulan pertama, Yona menjadi rebutan para makelar untuk ditawarkan ke langganan masing-masing.

Yona sampai kewalahan karena setiap hari terkadang ia mendapatkan dua sampai tiga pesanan dari tamu. Pundi-pundi uang Yona pun semakin bertambah. Dalam waktu singkat, dia sudah bisa memperbaiki rumah orangtuanya menjadi lebih mentereng.

Sebenarnya, Yona pernah mencoba peruntungan ke Jakarta. Kebetulan, kakak perempuan Yona bekerja menjadi pemandu lagu (PL) di kawasan Kota, Jakarta Barat. Tetapi, baru beberapa hari di sana, Yona tidak betah.

"Kalau di tempat resmi banyak aturannya. Terus kelihatannya saja tarifnya mahal. Padahal, nanti dapatnya sedikit karena dipotong macam-macam. Pokoknya Neng enggak kerasan di sana. Mendingan di kampung, malah bisa dapat lebih banyak (uang). Paling cuma ngasih calo saja Rp 50.000. Selebihnya buat sendiri." (fer/ote)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com