Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Penari Kematian di Mamasa Terancam Punah

Kompas.com - 09/05/2014, 18:36 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


MAMASA, KOMPAS.com
- Komunitas Pabadong atau kelompok seniman yang bertugas mempersembahkan tari dan nyayian kematian untuk menghibur keluarga yang berduka di Mamasa, Sulawesi Barat terancam punah.

Sebagian warga Mamasa terpaksa menyewa atau mendatangkan komunitas Pabadong dari Toraja, Sulawesi Selatan untuk menghibur keluarga yang berduka ditinggal mati oleh kerabatnya.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, puluhan Pabadong yang tergabung dalam komunitas Pabadong Toraja asal Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan ini sedang memainkan tari dan nyanyian kematian di halaman rumah salah satu warga Mamasa yang tengah berduka. Ritual ini disebut Mabadong.

Ritual Mabadong sendiri menjadi salah satu syarat dan rangkaian kegiatan pesta kematian sebelum jenazah dibawa keluarga dan warga kampung secara beramai-ramai ke tempat peritirahatan terakhirnya.

Untuk menggelar ritual Mabadong diperlukan minimal 40 Pabadong. Setiap gerakan dan ungkapan dalam ritual Mabadong ini punya makna tersendiri, yakni ungkapan doa agar roh yang meninggal diterima di sisi Tuhan dan yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kesabaran. Ritual Mabadong biasanya ditarikan dan dinyanyikan sambil melingkar dan saling berpegangan tangan.

Paulus, pembina komunitas Pabadong asal kabupaten Toraja menjelaskan, sebelum Mabadong digelar, ada ritual lain yang harus dilakukan, seperti adu kerbau untuk menghibur keluarga yang berduka.

Dalam kepercayaan warga Mamasa, meski ditinggalkan orang yang paling dicintai dalam keluarga, namun jenazah harus dilepas keluarga dengan penuh suka cita. "Tak boleh ada tangis ketika keranda mayat digotong dari rumah duka ke tempat peristirahatan terakhirnya," jelas Paulus, Jumat (9/5/2014).

Sayangnya ritual pesta kematian itu kini kian punah. Di Mamasa sendiri, komunitas Pabadong sulit dicari. Kalau pun ada, jumlahnya tak seberapa dan kebanyakan orangtua. Sementara anak-anak muda lebih tertarik pada kesenian kontemporer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com