Selain tetap mengandalkan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), warga di lereng Merapi juga melihat gejala alam untuk membaca tanda-tanda aktivitas salah satu gunung api di Indonesia itu.
"Bicara soal kearifan lokal, tanda-tanda alam itu selalu ada. Apalagi Gunung Merapi," jelas juru kunci Gunung Merapi, Mas Asih Surakso Hargo, Minggu (14/12/2013).
Tanda-tanda alam yang biasanya muncul ketika aktivitas Gunung Merapi meningkat yakni asap sulfatara yang keluar cenderung pekat; terdengar suara gemuruh dari dalam perut Merapi dan disusul dengan getaran. Selain itu binatang-binatang yang hidup di lereng Merapi biasanya akan turun gunung.
Namun demikian, kini tanda-tanda alam itu sudah mulai berkurang setelah keadaan ekosistem di lereng Merapi belum sepenuhnya kembali normal pasca-erupsi 2010 lalu. Binatang yang dulu terlihat hidup di Merapi, sekarang sudah jarang dijumpai.
"Binatang seperti kera sekarang jarang dijumpai, mungkin karena memang rumahnya belum kembali normal. Biasanya kera dan binatang lainnya akan turun kalau aktivitas Merapi meningkat," katanya.
Meski tetap melihat gejala alam, sebagai orang yang diberitugas menjadi juru kunci Merapi, Mas Asih Surakso Hargo juga aktif menanyakan kondisi terkini Merapi kepada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Menurutnya, gejala alam harus tetap disinergikan dengan data-data dari alat pantuan yang ada di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sehingga keduanya bisa saling melengkapi.
"Mereka (BPPTKG) punya alat lengkap dan memang tugasnya mengamati aktivitas Merapi. Jadi saya sering bertanya dan berdiskusi dengan mereka mengenai kondisi Merapi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.