"Beberapa hari ini aliran air yang masuk ke sawah mulai menipis. Tak seperti biasanya. Petani memaklumi karena saat ini musim kemarau," kata Miskali, seorang petani, di wilayah Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jumat (6/9/2013).
Sementara, Perusahaan Umum Jasa Tirta 1 Jawa Timur, mengaku sudah mengantisipasi ancaman kekeringan dan krisis air selama musim kemarau tersebut.
Menurut Direktur Teknik PJT 1, Raymond Valiant Ruritan, persediaan air di tujuh waduk di sepanjang aliran sungai Brantas dan Bengawan Solo cukup untuk memasok irigasi persawahan, industri, bahan baku air minum, dan menggerakkan generator untuk pembangkit listrik.
"Untuk persediaan air, cukup sampai musim penghujan Oktober mendatang. Pasokan air di empat waduk utama di Jawa Timur, yang meliputi Waduk Sutami dan Selorejo di Malang, waduk Bening di Madiun dan waduk Wonorejo di Tulungagung cukup melimpah," ungkap Raymond.
Selain debit air sungai stabil, PJT 1 juga menambah pasokan air bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat rekayasa hujan buatan melalui teknik modifikasi cuaca.
"Hujan buatan Mei lalu itu sudah cukup membantu pasokan air untuk cadangan selama musim kemarau. Potensi air yang mengalir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas mencapai 12 miliar meter kubik per tahunnya," kata Raymond.
Namun, aliran air tidak merata di seluruh kawasan Jawa Timur, sehingga dibutuhkan modifikasi cuaca. Modifikasi cuaca sebelumnya dilakukan enam bulan lalu. "Hasilnya, pasokan air ke waduk terpenuhi untuk kebutuhan ekonomi warga di Jawa Timur," kata Raymond.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.