SEMARANG, KOMPAS.com - Air laut banjir rob masih merembes ke Kawasan Tambaklorok, Kota Semarang, meskipun pemerintah telah membangun tanggul sepanjang 3,6 kilometer mengelilingi ribuan rumah di kawasan tersebut.
Ketua RW 16 Kampung Tambakrejo, Slamet Riyadi Slamet mengaku, tanggul rob atau tanggul laut itu memang permintaan warga setempat yang sangat dibutuhkan.
Tanggul yang telah lama menjadi angan-angan kini telah berdiri kokoh membentengi kawasan pesisir tersebut.
Baca juga: Lelah Tinggikan Rumah Berulang Kali, Warga Tambaklorok Senang Tanggul Rob Sepanjang 3,6 Km Dibangun
"Awal 2023 dibangun tahap 2 di timur wilayah kami. Kami sangat bersyukur dan berharap semoga wilayah aman," kata Slamet dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (19/6/2024).
Namun Slamet menyayangkan proyek yang menelan anggaran Rp 386 miliar itu masih dapat ditembus air rob.
Bila sebelumnya rob di wilayah itu mencapai satu meter, kini paling parah rob rembes hingga 30 sentimeter saja setelah proyek tanggul rob berhasil dibangun di sana.
Pasalnya setelah tanggul rob tahap dua yang digarap 2022-2024 digarap di sebelah timur, tanggul rob tahap satu justru mengalami rembes dari celah rumah warga.
"Tapi setelah tanggul dibangun di sebelah timur, sheet pile lama (tanggul tahap 1) terjadi rembes, sehingga yang dulunya air pasang dari arah timur, sekarang rembes di tanggul tahap 1," ungkapnya.
Pada akhirnya, rob masih menggenang di RW 16. Bahkan saat Kompas.com tiba di sana, air rembesan mulai mengalir membanjiri jalanan utama gang di Tambakrejo.
"Itu pun masih bisa belum menjamin amannya wilayah yang kami tempati di Tambakrejo dan Tambakmulyo. Kami masih merasakan hidup yang betul sangat susah dengan rob yang masih mengancam," keluhnya.
Dia menjelaskan di tanggul rob tahap 2 yang ditinjau Jokowi itu diurug dengan tanah berkualitas dan dipasang sheet pile.
Sementara tanggul rob tahap 1 digarap dengan meletakkan sheet pile terlebih dahulu, lalu diurug dengan lumpur sedimentasi dari banjir kanal Semarang.
"Ini bocor karena prosesnya berbeda dengan tahap dua, dipasang sheepile baru diurug lumpur," kata Slamet.
Pasalnya, meski kini warga tidak lagi harus meninggikan rumah, tapi kendaraan bermotor milik warga setempat masih berisiko rusak berkarat karena sering kali harus menerjang air rob dari laut tersebut.
"Dulu secara ekonomi kami harus berpikir untuk berlomba meninggikan rumah. Sekarang dampak rob itu bisa ditandai kalau lihat motor karatan itu pasti punya orang sini orang pantura," ungkapnya.
Baca juga: Diklaim Tahan 30 Tahun, Tanggul Tambaklorok Semarang Dibuat seperti Muara Karang Jakarta
Terakhir kali, Slamet meninggikan rumah pada 2019. Selama ini dia telah mengurug pondasi rumah dan meninggikannya sebanyak lima kali sebelum tanggul dibangun.
Slamet mengaku telah menyampaikan keluhan tersebut di berbagai forum. Dia berharap pemerintah mendengar hal itu dan bersedia melakukan perbaikan di tanggul tahap 1.
"Harusnya kami harap, tolong bisa diperbaiki, tapi bahasa Pemkot harus nunggu anggaran. Padahal kami juga pengen hidup layak, karena kalau rob banyak yang gatal dan diare, belum lagi sebagian harus kerepotan menitipkan motor di Majid supaya enggak kena rob," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.