Kesibukan menyiapkan lebaran ketupat ini tidak dilakukan oleh Susan dan keluarganya saja. Dipastikan semua rumah tangga warga Jaton juga riuh dengan persiapan menyajikan beragam menu kuliner.
Nasi bulu atau nasi merupakan sajian khas yang disiapkan saat Lebaran Ketupat bagi warga Jaton. Nasi bulu terbuat dari beras ketan yang dibumbui dengan aneka macam rempah. Kemudian dimasukkan dalam bambu.
Bambu yang digunakan harus terpilih dari jenis tertentu. Sebelum adonan beras dimasukkan, bambu harus dilapisi dengan daun pisang muda sebagai pembungkus saat nasi masak.
Susan mengaku Lebaran Ketupat kali ini tidak menyiapkan secara khusus nasi bulu atau nasi jaha. Namun di rumah orangtuanya menu tersebut dibuat.
Malam hari menjelang Lebaran Ketupat, nasi bulu ini akan dibakar di belakang rumah kedua orangtua Susan.
Baca juga: Tradisi Sungkem Tlompak, Wujud Syukur Masyarakat Lereng Gunung Merbabu
Selain nasi bulu, jenang atau dodol juga menjadi makanan khas Lebaran ketupat. Kali ini, Susan memilih memesan ke kerabatnya dibandingkan harus membuat sendiri.
“Masak jenang itu lama, juga membutuhkan tenaga yang kuat,” tutur Susan.
Jenang khas Jaton cukup unik karena penyajiannya dibungkus dengan daun woka (livistona). Selain itu juga tidak dipotong dan diletakkan di piring sebagaimana sajian di Jawa.
“Biasanya nasi bulu dan jenang menjadi oleh-oleh saudara-saudara yang berkunjung ke rumah warga jaton,” ungkap Susan.
Awalnya warga Jawa Tondano (Jaton) berada di tiga desa yakni Desa Yosonegoro, Kaliyoso dan Reksongoto. Tiga desa ini lahir di awal abad XX pada masa era pemerintahan Hindia Belanda.
Warga Jaton terus tumbuh dan berkembang hingga muncul kampung-kampung baru seperti Mulyonegoro dan Bandung Rejo.
Sebagai orang Jawa Tondano, Susan merasa tidak lengkap jika tidak merayakan Lebaran ketupat. Hari raya ini merupakan tradisi warisan para leluhurnya.
Leluhur Jaton merupakan mantan kombatan Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang diasingkan Pemerintah Hindia Belanda ke Minahasa, Sulawesi Utara.
Leluhur orang Jaton adalah penganut Islam yang taat. Mereka dipimpin oleh Kyai Mojo seorang tokoh alim ulama ternama pada masanya.
Baca juga: Riuh Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon, Doa untuk Dunia
Nama asli Kyai Mojo adalah Muslim Mochammad Khalifah. Dia pernah naik haji dan bermukim di Mekkah sebelum memimpin pesantren di daerahnya.