DEMAK, KOMPAS.com - Matahari tampak bersinar di langit Demak pagi ini. Namun, genangan air tak kunjung surut sepanjang jalan protokol Kabupaten Demak.
Biasanya, setiap menit ratusan kendaraan mobil dan motor lalu lalang memadati kawasan kota. Kini, hanya bisa dihitung jari.
Di ruas jalan yang terendam banjir 50 sentimeter, hanya mobil tertentu yang bisa melintas.
Sementara jalan akses menuju perkampungan padat penduduk rata-rata diportal, sebagai peringatan bahwa lokasi tersebut tidak bisa dilewati kendaraan lantaran tingginya debit air.
Baca juga: Banjir Tenggelamkan Alun-alun Demak, Terparah sejak 32 Tahun Terakhir
Pemandangan yang tidak biasa di pagi yang cerah, para pemotor yang mendorong kendaraan. Selain itu terlihat pejalan yang sedikit berlarian kecil sewaktu mobil melintas untuk menghindar air.
Sugiono (60) ada di antara mereka. Meskipun tampak berat mengayuh sepeda, ia tetap tersenyum sembari menyapa siapa saja yang ditemui.
Di genangan air yang dalam, ia memilih jalan kaki sembari membenahi 4 tabung elpiji yang tergantung di bagian belakang sepeda.
Warga Desa Kalikondang ini sengaja menyusuri banjir untuk mendapatkan gas elpiji. Sebagai pengecer elpiji, dia ingin kebutuhan dirinya dan tetangganya bisa terpenuhi.
Bahkan di tengah kelangkaan dan sulitnya mencari elpiji, Sugiono memilih tak menaikkan harga.
"Untuk sendiri dan untuk tetangga - tetangga, dari agen. Biasanya Rp 21.000," ujarnya kepada Kompas.com ditemui di Jalan Sultan Fatah, Demak, Selasa (19/3/2024).
"Tetangga ada Rp 22.000, saya tetap Rp 21 (ribu). Saya belum pernah menaikkan harganya," imbuhnya.
Sugiono mengatakan, apa yang dilakukan adalah sebatas peran pedagang pengecer. Apabila dibandingkan pekerja, hasil yang dia peroleh tidak seberapa.
"Ini kalau diambil kerja, enak kerjanya. Ini (jualan gas melon) paling dapat berapa," katanya.
Kata Sugiono, saat ini banyak warga yang kesulitan mencari elpiji 3 kilogram. Padahal apa yang dia lihat, masih terdapat akses jalan yang bisa dilalui truk.
"Sulit, entah itu bagaimana. Padahal jalan raya ya truk riwa-riwi. Ditanya kok kosong tidak ada. Itu saya tidak habis pikir," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.