Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Batu Nisan Makam Kuno Tionghoa di Semarang Dijadikan Penutup Selokan

Kompas.com - 17/03/2024, 05:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebuah video di media sosial baru-baru ini memperlihatkan sejumlah batu nisan makam orang Tionghoa dijadikan penutup selokan di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Setelah video itu menuai perdebatan dan kecaman warganet, aparat Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, membongkar belasan batu nisan alias bongpay di Jalan Sapuan Barat.

Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, mengatakan bongpay berusia ratusan tahun itu memang banyak dimanfaatkan warga sekitar. Tetapi, dari mana batu nisan itu diperoleh tak ada yang tahu.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng, Bambang Wuragil, menyesalkan kejadian ini dan berharap pemda melakukan upaya persuasif kepada warga supaya tidak terulang.

Baca juga: Bus Rosalia Indah Terbakar di Tol Semarang-Solo

Tindakan warga yang mengambil atau menjarah makam-makam kuno Tionghoa harus dihentikan, kata pegiat sejarah di Semarang.

Sebab, meskipun mayoritas kuburan kuno itu terlantar karena tak diurus oleh ahli warisnya, bongpay kaya akan sejarah Kota Semarang di masa lalu.

Bagaimana kronologinya?

Sebuah video berdurasi satu menit yang memperlihatkan batu-batu penutup selokan rumah seorang warga di Jalan Sapuan Barat, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, viral di media sosial.

Video viral itu ramai diperbincangkan warganet karena jejeran batu dengan panjang bervariasi antara 40cm-75cm dan lebar 15cm-25cm tersebut diduga adalah nisan milik orang Tionghoa.

Sebab di tiap-tiap batu terdapat tulisan Hanzi yang memuat silsilah, marga, dan periode kematiannya yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-19 Masehi.

Baca juga: Sejarah Panjang Banjir Kepung Kota Semarang

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng, Bambang Wuragil.BBC Indonesia/Kamal Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng, Bambang Wuragil.
Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, mengatakan batu nisan kuno seperti ini memang banyak dimanfaatkan masyarakat setempat. Tapi dari mana benda itu diperoleh tak ada yang tahu.

"Kalau ditanya warga, mereka punya bongpay [batu nisan] dari mana. Mereka juga tidak tahu dan ada sudah sejak zaman kakek neneknya," ucapnya kepada wartawan Kamal yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Sebuah video berdurasi satu menit yang memperlihatkan batu-batu penutup selokan rumah seorang warga di Jalan Sapuan Barat, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, viral di media sosial.

Video viral itu ramai diperbincangkan warganet karena jejeran batu dengan panjang bervariasi antara 40cm-75cm dan lebar 15cm-25cm tersebut diduga adalah nisan milik orang Tionghoa.

Sebab di tiap-tiap batu terdapat tulisan Hanzi yang memuat silsilah, marga, dan periode kematiannya yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-19 Masehi.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pokok Warga Terdampak Banjir di Semarang, Mbak Ita Pastikan Gizi Mereka Tercukupi

Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, mengatakan batu nisan kuno seperti ini memang banyak dimanfaatkan masyarakat setempat. Tapi dari mana benda itu diperoleh tak ada yang tahu.

"Kalau ditanya warga, mereka punya bongpay [batu nisan] dari mana. Mereka juga tidak tahu dan ada sudah sejak zaman kakek neneknya," ucapnya kepada wartawan Kamal yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Kalau merujuk pada sejarah permukiman di Jomblang, menurut Henry, daerah ini sebelumnya adalah area permakaman orang China yang kemudian berubah menjadi perkampungan.

Pihak kelurahan, sambung Henry, juga sudah membongkar penutup selokan warganya yang menggunakan batu nisan dari makam kuno Tionghoa, pada Kamis (14/03) siang.

Langkah itu dilakukan setelah dirinya menerima arahan dari Wali Kota Semarang.

Total ada 17 batu nisan yang dibongkar dan akan diserahkan ke Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng.

Baca juga: Cerita Korban Banjir Semarang Bertahan Tanpa Listrik dan Kekurangan Air Selama 3 Hari

"Kita menghormati apa yang menjadi dasar surat Paguyuban Tionghoa, dan ada petunjuk dari Wali Kota Semarang makanya kita mengambil langkah tindakan komunikasi ke warga dan warga bisa menerima makanya kami bongkar salurannya."

"Kami betulkan untuk bongpay kita taruh di kelurahan. Nantinya kita teruskan komunikasi dengan pihak yayasan Tionghoa."

BBC News Indonesia berupaya meminta keterangan dari warga yang menggunakan batu nisan untuk menutup selokan miliknya. Tapi mereka menolak ditemui.

Pemantauan di lapangan memperlihatkan penutup selokan itu sudah dicor dengan beton yang dibiayai oleh Kelurahan Jomblang.

Baca juga: Meski Banjir di Kota Semarang Mulai Surut, Pemkot Terus Aktifkan 28 Pompa di Sejumlah Titik

Dijadikan tempat pembuangan sampah bahkan dijarah

Satu batu nisan makam Tionghoa kuno itu memiliki berat sekira 200 kilogram hingga 500 kilogram.BBC Indonesia/Kamal Satu batu nisan makam Tionghoa kuno itu memiliki berat sekira 200 kilogram hingga 500 kilogram.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng, Bambang Wuragil, mengatakan penggunaan batu nisan makam Tionghoa kuno secara sembarangan bukan kali pertama ini terjadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Regional
Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Regional
Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Regional
Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kilas Daerah
Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Regional
Suami Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Aceh Utara, Istri Korban Minta Hukum Pembunuhnya

Suami Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Aceh Utara, Istri Korban Minta Hukum Pembunuhnya

Regional
Perbaikan Jalan Pantura Demak Menyisakan 2 Titik, Contraflow Diberlakukan Jika Macet

Perbaikan Jalan Pantura Demak Menyisakan 2 Titik, Contraflow Diberlakukan Jika Macet

Regional
Dapat Penghargaan dari Serikat Pekerja/Buruh Sumut, Ini Upaya Pj Gubernur Sumut Sejahterakan Buruh

Dapat Penghargaan dari Serikat Pekerja/Buruh Sumut, Ini Upaya Pj Gubernur Sumut Sejahterakan Buruh

Regional
Cerita Luqman Nabung Sejak 2012 dari Hasil Jualan Bakso Bakar, Akhirnya Berangkat Haji Tahun Ini

Cerita Luqman Nabung Sejak 2012 dari Hasil Jualan Bakso Bakar, Akhirnya Berangkat Haji Tahun Ini

Regional
Diduga Malpraktik hingga Pasien Tewas, Lurah di Prabumulih Dinonaktifkan

Diduga Malpraktik hingga Pasien Tewas, Lurah di Prabumulih Dinonaktifkan

Regional
Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Regional
Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Regional
Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pengguna Knalpot Brong

Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pengguna Knalpot Brong

Regional
Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Regional
Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com