Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Korban Banjir Semarang Bertahan Tanpa Listrik dan Kekurangan Air Selama 3 Hari

Kompas.com - 15/03/2024, 20:39 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Belasan ribu korban banjir di Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah bertahan tanpa listrik dan air bersih selama tiga hari terahir. 

Hingga Jumat (15/3/2024) malam, kondisi ini masih terjadi.

Pemadaman listrik dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya korsleting di area terdampak banjir. Apalagi, hampir semua warga lebih memilih menetap ketimbang mengungsi ke luar rumah.

Baca juga: Banjir di Genuksari Kota Semarang Masih Satu Meter, Warga Tetap Enggan Mengungsi

Alhasil, warga yang membutuhkan akses listrik harus menumpang ke kelurahan lain yang tidak terkena pemadaman listrik.

Kompas.com menemui Juli, warga Genuksari yang baru saja kembali dari menumpang isi ulang daya baterai ponsel milik anggota keluarga di rumahnya.

Setelah berjalan sekitar satu kilo di tengah banjir, Juli menumpang perahu karet milik Damkar Semarang untuk menuju rumahnya.

"Jadi tiga hari itu hujan terus, sampai pagi sampai malam, terus kondisi udah mati lampu. Jadi area Gebanganom ini udah enggak bisa ada komunikasi lagi, mati lampu, air mati juga, dua hari numpang listrik, ini saya numpang nge-charge ke tetangga sebelah yang masih nyala listriknya, RT sebelah masuk kawasan Gebangsari, kalau sini Genuksari," keluh Juli.

Juli dan keluarganya terdampak pemadaman sejak banjir merendam kampungnya dua hari lalu. Akhirnya pada malam hari, Juli harus menyalakan lilin atau lampu emergency untuk penerangan.

Menurutnya puncak banjir paling parah terjadi pada Kamis (14/3/2024) lantaran seharian turun hujan tanpa henti. Debit air pun terus bertambah sepanjang hari. Sementara Jumat cuaca langit relatif cerah dan tidak turun hujan sama sekali.

"Banjir udah dari dua hari kemarin, tapi yang paling parah Kamis. Air kemarin tinggi, sekarang udah stuck karena udah enggak ujan lagi, depan rumah ada satu meter. Puncaknya di wilayah Gebanganom itu lebih tinggi mungkin ada 1,5 meter lah," bebernya.

Kendati demikian, Juli dan tujuh anggota keluarganya memilih menetap di rumah daripada repot mengungsi. Dia berharap cuaca segera membaik dan banjir surut.

Pemadaman listrik dan kekuarangan air bersih juga dialami warga lainnya. Sulimin, warga RT 10 RW 08 Genuksari juga mengeluhkan stok air bersih yang telah habis.

Pasalnya rumah Sulimin berada sangat jauh dari akses jalan utama yang tidak terdampak banjir. Untuk menghampiri truk tangki air dan melakukan isi ulang, dia harus berjalan lebih dari satu kilometer menerjang banjir.

"Airnya mati, lampu mati, udah dua hari ini, kemarin nampung, sekarang udah habis, enggak bisa mandi," kata Sulimin.

Baca juga: Cerita Mahasiswi di Semarang Kesulitan Cari Makan karena Banjir Kepung Kosnya

Akhirnya dia hanya mengandalkan air PDAM. Itu pun menururtnya juga terbatas dan sudah terdampak banjir. Dia juga menitipkan dua galon air di perahu karet milik Damkar untuk keluarganya di RT sebelah yang kehabisan air bersih.

"(Pemerintah) minta bantuannya, bantuan air, sembako, makan, satu RT (serumah) dapat empat bungkus nasi, terus mbaginya gimana?" Tandasnya.

Lebih lanjut, Damkar Semarang mengevakuasi lansia sakit di RT 10 RW 08 untuk bisa mengungsi ke rumah saudara dan mendapat perawatan medis di rumah sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com