Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Banjir dan Longsor di Sumbar serta Deforestasi di Taman Nasional Kerinci Seblat yang Meluas

Kompas.com - 14/03/2024, 06:46 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Bencana banjir dan longsor yang menewaskan puluhan orang di Sumatra Barat mengungkap praktik "deforestasi yang makin luas dan terakumulasi selama bertahun-tahun di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)".

Berdasarkan pantauan dan analisis terbaru citra satelit dari LSM Walhi Sumbar pada Agustus sampai Oktober 2023, indikasi pembukaan lahan untuk penebangan liar terjadi di Nagari Padang Air Dingin, Kabupaten Solok Selatan, seluas 50 hektare.

Temuan serupa juga berlangsung di Nagari Sindang Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan, seluas 16 hektare.

Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi, mengakui adanya penebangan liar di kawasan TNKS. Ia mengeklaim pihaknya telah melakukan upaya penegakan hukum serta operasi pengamanan hutan.

Baca juga: Walhi: Banjir dan Longsor di Sumbar Bukti Deforestasi TNKS Makin Parah

Korban jiwa terus bertambah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban bencana banjir dan longsor yang melanda belasan wilayah kabupaten/kota di Sumatra Barat bertambah menjadi 32 orang pada Senin (11/03).

Rinciannya adalah 23 orang meninggal dunia dan enam orang dalam pencarian di Pesisir Selatan, kemudian tiga orang lainnya meninggal di Kabupaten Padang Pariaman.

Hingga saat ini dari 12 kabupaten/kota terdampak, sudah ada lima daerah yang menetapkan status tanggap darurat di antaranya Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kepulauan Mentawai.

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan Kabupaten Pesisir Selatan menjadi titik terparah bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Kamis (07/03).

Baca juga: Rawan Banjir dan Longsor, Sejumlah Perkampungan di Sumbar Akan Direlokasi

Dalam tinjauan BNPB, salah satu jalan terputus akibat tergerus banjir.

Suharyanto juga berkata, pemerintah akan segera merelokasi rumah warga yang berada di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.

Adapun soal lokasi baru masih menunggu pengurusan perizinan dari Pemprov Sumbar.

"Bapak dan ibu, nanti semua yang rumahnya rusak di sini akan kita relokasi. Karena di sini sudah tidak mungkin lagi dibangun rumah," ujar Suharyanto ketika berdialog dengan warga yang rumahnya rusak berat akibat terbawa arus banjir.

"Segera disiapkan dan diurus izin lahannya. Ketika sudah ada lahannya nanti kita bisa segera bangun untuk relokasi. Bisa dibangun oleh PUPR atau BNPB tinggal mekanismenya saja seperti apa nanti," jelasnya.

Baca juga: BNPB Catat 28 Orang Meninggal, 5 Hilang akibat Banjir dan Longsor di Sumbar

Sebagai dukungan upaya percepatan penanganan darurat bencana hidrometeorologi di Sumbar, BNPB memberikan dukungan operasional Dana Siap Pakai dengan total Rp1,75 miliar.

Rinciannya Rp350 juta untuk Kabupaten Pesisir Selatan, masing-masing Rp250 juta untuk Provinsi Sumatra Barat, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.

Selanjutnya Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Mentawai masing-masing Rp150 juta, Korem 032/Wirabraja Rp150 juta, Polres Pesisir Selatan Rp100 juta, dan Kodim 0311/Pesisir Selatan Rp100 juta.

"Kami butuh dapur umum karena sudah mulai puasa"

Warga berada di tenda pascabanjir bandang di Kecamatan Koto Sebelas Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/03/2024). Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir bandang selama 14 hari dan kerugian akibat banjir bandang diperkirakan Rp170,4 miliar.ANTARA FOTO via BBC Indonesia Warga berada di tenda pascabanjir bandang di Kecamatan Koto Sebelas Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/03/2024). Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir bandang selama 14 hari dan kerugian akibat banjir bandang diperkirakan Rp170,4 miliar.
Seorang korban banjir di Nagari Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Ronald, bercerita banjir yang menerjang daerahnya memang terjadi saban tahun.

Selama itu, tak pernah sampai menggenangi ke dalam rumahnya. Genangan air hanya di jalan-jalan.

Tapi pada banjir pekan lalu, katanya, hujan turun dengan intensitas tinggi.

"Biasanya, paling parah air hanya sampai di halaman saja dan tidak akan sampai masuk ke dalam rumah. Kemarin itu ketinggian air di dalam rumah setinggi paha orang dewasa," katanya.

Baca juga: Korban Banjir dan Longsor di Sumbar 26 Orang, 23 di Antaranya dari Pesisir Selatan

Ia menuturkan saat banjir perlahan memasuki rumah-rumah warga, dirinya sedang berada di luar rumah, sehingga sepeda motornya tenggelam oleh banjir.

"Hanya sepeda motor yang tidak bisa saya selamatkan, barang-barang yang lain semuanya sudah diselamatkan saat air baru naik," katanya.

Saat ini, kata dia, warga baru mendapatkan bantuan berupa makanan instan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat. Bantuan tersebut sambungnya kurang karena sudah mulai puasa.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah dapur umum. Karena sudah mulai puasa dan warga sangat membutuhkan makanan yang bukan cepat saji saja."

Baca juga: Korban Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan Kesulitan Air Bersih

Apa penyebab banjir dan longsor di Sumbar?

Gubernur Sumbar, Mahyeldi, mengatakan bencana banjir dan longsor di wilayahnya itu diakibatkan beberapa faktor di antaranya intensitas curah hujan yang tinggi yakni lebih dari 12 jam.

Selain itu juga disebabkan saluran drainase yang kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi penyumbatan di beberapa titik.

Termasuk penggundulan hutan dan deformasi.

Direktur Eksekutif Walhi Sumbar, Wengki Purwanto, mengatakan bencana banjir dan longsor yang terjadi di daerah sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan peristiwa berulang yang disebutnya "makin ke sini makin parah".

Baca juga: Update Banjir dan Longsor Pesisir Selatan, 16 Orang Tewas

Petugas BPBD Padang mengevakuasi warga di Jalan DPR, Dadok Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat, Jumat (08/03/2024).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Petugas BPBD Padang mengevakuasi warga di Jalan DPR, Dadok Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat, Jumat (08/03/2024).
Pemicu utamanya, kata dia, tak lain adalah kerusakan hutan yang disebabkan oleh aktivitas penebangan liar dan pembukan lahan.

Pantauan Walhi Sumbar, penebangan liar di kawasan TNKS sudah berlangsung sejak tahun 2018 atau seiring munculnya banjir.

"Laporan dari masyarakat kepada kami bahwa aktivitas [penebangan liar] terus terjadi meskipun sudah dikomunikasikan dengan pemerintah. Jadi ini artinya sudah menjadi perhatian semua pihak dan sudah menjadi rahasia umum," ungkap Wengki.

Modus yang digunakan para sindikat penebang liar ini, klaimnya, melibatkan orang dalam pemerintah daerah dan aparat hukum dengan menerbitkan dokumen palsu.

Berpegang pada dokumen palsu itulah sampai hari ini praktik ilegal tersebut terus berlangsung.

Baca juga: Longsor di Langgai Pesisir Selatan, Korban Tewas Bertambah Jadi 6 Orang

Penelusurannya, kayu-kayu yang dicuri dari TNKS itu dijual ke wilayah Sumbar dan luar provinsi untuk kebutuhan perumahan dan pembangunan.

"Memang ini melibatkan backingan oknum-oknum tertentu, termasuk menggunakan dokumen aspal [palsu] untuk mengelabui pemerintah dan aparat."

"Umpamanya dia [pelaku] ambil kayu di daerah konservasi, di dokumen itu disebutkan mereka memiliki izin sah. Tapi asal usul kayu disamarkan. Kemudian pelaku ini menggunakan perusahaan yang punya izin jadi seakan-akan di hulunya legal."

Sayangnya, menurut Wengki, penegakan hukum yang dilakukan aparat kepolisian tak cukup mempan menghentikan aktivitas penebangan liar di TNKS.

Sepanjang pengamatannya, para pelaku yang ditangkap mayoritas orang lapangan alias belum menyentuh aktor utama.

Baca juga: Ditinggal Pemiliknya karena Macet, Sejumlah Mobil Tertimbun Longsor di Pesisir Selatan

"Beberapa kasus memang ada yang sampai ke pengadilan, tapi belum menyentuh pelaku utama yang mengendalikan ini semua. Jadi bergantung keseriusan penegak hukum."

"Karena penebangan liar mudah terlacak dan tak bisa disembunyikan.

Di mana saja penebangan liar terjadi?

Warga berada dirumahnya yang rusak akibat banjir bandang di Kampuang Ampalu, Nagari Gantiang Mudiak Selatan Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/03/2024).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Warga berada dirumahnya yang rusak akibat banjir bandang di Kampuang Ampalu, Nagari Gantiang Mudiak Selatan Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/03/2024).
Merujuk pada laporan terbaru yang Walhi Sumbar peroleh dari sumber di lapangan serta pantauan dan hasil analisis Citra Satelit, ditemukan beberapa titik yang mengalami deforestasi yang "signifikan" di TNKS.

Titik pantauan tersebut berada pada wilayah Nagari Padang Air Dingin, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan dan Nagari Sindang Lunang, Kecamatan Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan.

Adapun data pada periode bulan Agustus sampai Oktober 2023 memperlihatkan:

Di Nagari Padang Air Dingin, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan ditemukan indikasi pembukaan lahan untuk perkebunan dan indikasi penebangan liar dengan luas terindikasi lebih kurang 50 hektare.

Baca juga: Terseret Banjir bersama Kendaraan, 7 Orang di Pesisir Selatan Ditemukan Tewas

Di Nagari Sindang Lunang, Kecamatan Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan indikasi pembukaan lahan untuk perkebunan dan indikasi penebangan liar dengan luas terindikasi lebih kurang 16 hektare.

Selain itu, ditemukan informasi kayu-kayu hasil penebangan liar itu dibawa ke sawmil (tempat penggergajian kayu) di sekitar wilayah tersebut -yang pada November 2022 pernah ditertibkan oleh penegak hukum.

Walhi Sumbar juga menemukan adanya indikasi 200 titik pembukaan lahan di kawasan TNKS di Kabupaten Solok Selatan yang meliputi Nagari Lubuk Gadang Utara, Lubuk Gadang Timur dan Lubuk Gadang Selatan.

Untuk diketahui Taman Nasional Kerinci Seblat mencakup empat kabupaten di Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Pesisir Selatan seluas 268.000 hektare (19,31% dari luas TNKS); Kabupaten Solok Selatan seluas 69.000 hektare (5% dari luas TNKS).

Baca juga: Derita Korban Banjir Pesisir Selatan, Listrik Padam dan Air Bersih Sulit

Kemudian ada di Kabupaten Solok seluas 11.000 hektare (0,79% dari luas TNKS), dan Kabupaten Dharmasraya seluas 3.613 hektare (0,26% dari luas TNKS).

Kawasan TNKS, menurut Walhi, memiliki nilai penting dan luar biasa dalam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam di Indonesia.

Apa langkah pemerintah?

Warga mengamati kendaraan yang hancur terseret arus sungai Batang Tarusan pasca banjir bandang di Kecamatan Koto Sebelas Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/3/2024).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Warga mengamati kendaraan yang hancur terseret arus sungai Batang Tarusan pasca banjir bandang di Kecamatan Koto Sebelas Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (11/3/2024).
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi, mengatakan banjir dan longsor di Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi beberapa hal.

Di antaranya, curhan hujan yang beberapa hari belakangan intensitasnya tinggi, faktor tanah dan jenis tanah yang disebutnya mudah pecah dan hancur sehingga terjadi longsor.

Kendati demikian, kata dia, data spasial di lapangan juga menemukan adanya kayu-kayu bergelimpangan.

"Di Pesisir Selatan memang ada penebangan liar, namun karakteristik kayunya menunjukkan kayu dengan batang pohon berdiameter kecil."

"Ini kita identifikasi adalah pohon-pohon yang ditebang semuanya dalam satu areal. Artinya ini selain penebangan liar, ada juga pembukaan lahan tanpa izin untuk perladangan."

Baca juga: Korban Tewas Tertimbun Longsor di Pesisir Selatan Sumbar Bertambah Jadi 2 Orang

Melihat kondisi ini, upaya yang dilakukan dinas kehutanan adalah melakukan identifikasi di lapangan dan pencegahan.

Termasuk melakukan penindakan apabila ada pelaku yang melakukan penebangan liar maupun perambahan di kawasan TNKS.

Catatannya sepanjang tahun 2023, Pemprov Sumbar sudah menindak beberapa pelaku sampai ke pengadilan.

Di Kabupaten Pesisir Selatan, ucapnya, ada empat pelaku yang diputus bersalah dan di Kabupaten Solok Selatan ada dua kasus. Terakhir di Kabupaten Dharmasraya dengan dua kasus.

"Untuk penegakan hukum sudah dilakukan dan bahkan dalam beberapa hari belakangan kami melakukan operasi pengamanan hutan di lapangan."

Baca juga: 28.000 Warga Terdampak Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan

"Itu artinya kami terus... jadi upaya ada preventif dan represif. Seperti sosialisasi, pasang plang, dan mendatangi lokasi-lokasi yang rawan itu."

"Ketika mereka tidak mau dilarang ya kami melakukan penegakan hukum."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com