Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Peringkat 1 Konflik Buaya dan Manusia, Penambangan Rusak Sungai

Kompas.com - 28/02/2024, 11:20 WIB
Heru Dahnur ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.comKonflik buaya dan manusia di Indonesia menduduki peringkat pertama dunia. Ada tiga provinsi dengan kasus menonjol yang sebagiannya berujung pada kematian.

"Data konflik global antara buaya dan manusia terbanyak di Indonesia. Kemudian ada Malaysia dan India," kata Peneliti Garda Animalia, Bayu Nanda, saat diskusi publik di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Rabu (28/2/2024).

Dalam kurun 2014-2023 tercatat sebanyak 475 kasus di Indonesia. Sementara di Malaysia sebanyak 123 kasus, dan India 57 kasus.

Baca juga: Pemkab Bangka Targetkan 2024 Tak Ada Lagi Warga BAB Sembarangan

"Jumlah serangan buaya bisa saja lebih banyak dari data yang ditemukan. Banyak yang tidak terekspos peristiwa di lapangan. Dari tiga korban berbeda yang kami temui, hanya satu yang diketahui media," ujar Nanda.

Secara nasional, daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat dengan jumlah konflik terbanyak yakni 104 kasus. Selanjutnya Kalimantan Timur 83 kasus dan Bangka Belitung 67 kasus.

Nanda menuturkan, sebagian data konflik global dan nasional yang ditemukan peneliti Brandon Sideleau telah diverifikasi langsung ke lapangan.

Baca juga: Ada Kemungkinan 2 TPS di Bangka Belitung Lakukan Pemungutan Suara Ulang

Hasilnya, jumlah kasus di lapangan jauh lebih banyak. Sehingga konflik antara manusia dan buaya perlu dicarikan solusinya untuk jangka panjang.

"Kami melihat perlu ada solusi, membagi muara untuk buaya dan manusia," ujar Nanda.

Peneliti Badan Riset Nasional (BRIN) Hellen Kurniati mengatakan, konflik manusia dan buaya akan terus terjadi karena wilayah yang sama-sama ditempati.

"Takdirnya manusia dan buaya itu tidak bisa hidup berdampingan, berada di tempat yang sama tidak bisa, maka perlu relokasi," ujar Hellen via daring.

Kawasan yang bisa dikembangkan, sambung Hellen, berada di Sumatera Selatan. Kawasan itu diharapkan mampu menampung buaya dari lokasi penangkaran yang tempatnya terbatas.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kepulauan Bangka Belitung, Fery Afriyanto mengatakan, kondisi lahan kritis memicu terjadinya konflik manusia dan buaya.

Pemerintah kesulitan melakukan penertiban karena penambangan ilegal selalu muncul.

"Hari ini kita tertibkan di lokasi, dua hari lagi sudah muncul lagi. Ini terjadi di berbagai tempat dan perlu pengawasan terus menerus," ujar Fery.

Dia menyarankan, lokasi pelepasan buaya perlu dicari, salah satunya di wilayah sungai perbukitan Maras, Bangka.

Koordinator Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Bangka Belitung, Langkasani mengatakan, kerusakan lingkungan menjadi faktor utama konflik buaya dan manusia.

"Aktivitas penambangan menyebabkan sedimentasi di sungai. Dulu lebar sungai 50 meter sekarang hanya beberapa meter," ujar Langkasani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com