Di samping itu, Chandra menyebut, dirinya merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha kerajinan barongsai ini.
Awalnya, kakek Chandra berprofesi sebagai perajin barongsai pada 1980-an. Lantas usaha tersebut diturunkan kepada ayahnya.
"Kalau saya mulai dari tahun 2005 bantu Papa, terus 2014 mulai nerusan lagi. Dari kecil emang sudah melihat, ikut belajar," kata dia.
Menurut Chandra, barongsai memiliki nilai filosofis yang baik bagi masyarakat Tionghoa. Yaitu sebagai hewan simbolis yang dinilai bisa menolak bala atau menolak bencana.
Baca juga: Alasan Mengapa Imlek Selalu Turun Hujan
Chandra menyebut, dulunya petani Tiongkok kerap mengalami gagal panen lantaran diganggu oleh hewan bernama 'Nian' yang berarti monster.
"Karena sering gagal panen, akhirnya petani cari cara gimana cara mengusir monster. Akhirnya mereka bikin model semacam singa atau barongsai ini dan disetel musik keras. Ternyata Nian itu takut dengan barongsai. Maka barongsai dinilai bisa menolak bala," ungkap Chandra.
Dirinya berharap barongsai akan terus berkembang dan dapat dilestarikan masyarakat Indonesia.
"Sekarang barongsai sudah dipertandingkan dan resmi menjadi cabang olahraga (cabor). Jadi semakin senang, karena tidak membatasi suatu agama atau kaum tertentu untuk mengenal barongsai," pungkas dia.
Baca juga: Sejarah dan Makna Lampion pada Perayaan Imlek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.