Bayu menyebut proyek kali ini tak lebih dari justifikasi atau pembenaran pemerintah bahwa lahan mangkrak tersebut masih bisa dikelola.
Baca juga: CEK FAKTA: Mahfud Sebut Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan
Modusnya dengan memanfaatkan komoditas tanaman yang paling cepat beradaptasi di semua jenis tanah yakni jagung.
Pola yang sama seperti ini ditemukan di beberapa tempat yang pernah dilakukan proyek pertanian skala besar.
"Jadi ini klaim saja bahwa lahan yang sudah dibuka masih bisa dikelola menjadi food estate, itu kenapa jagung dipilih. Sementara tidak ada kajian apakah daerah setempat perlu jagung atau tidak."
Sepanjang pengamatannya di sana, tidak ada masyarakat sekitar yang bekerja menjadi petani. Yang membangun infrastruktur pertanian jagung pun, sebutnya, adalah anggota TNI.
Baca juga: CEK FAKTA: Muhaimin Sebut Food Estate Hasilkan Konflik Agraria dan Merusak Lingkungan
Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Kalimantan Tengah, Akhmad Hamdan, menyebut lahan food estate di Kabupaten Gunung Mas masih menjadi tanggung jawab Kementerian Pertahanan.
Peran Kementan, klaimnya, hanya mendukung dan memberikan contoh kepada Kemenhan bagaimana memanfaatkan lahan tersebut dengan baik.
Adapun komoditas jagung yang dipilih karena melihat "potensi alamnya," kata Akhmad kepada BBC News Indonesia.
"Di sana lahannya mayoritas pasir kuarsa yang hampir nol unsur hara."
"Tumbuhan apa yang bisa hidup dengan media tanamnya tidak ada unsur hara? Kalau singkong tidak bisa, berat, karena harus ada penambahan unsur hara yang banyak."
Baca juga: CEK FAKTA: Muhaimin Sebut Food Estate Hasilkan Konflik Agraria dan Merusak Lingkungan
"Jagung dipilih karena lebih cepat dan lebih mudah mendapatkan hasil dan bisa tumbuh dalam kondisi seperti itu, bisa beradaptasi dengan baik."
Akhmad Hamdan mengatakan di lahan itu Kementan menggunakan dua metode tanam: polybag dan larikan.
Tujuannya untuk mencari tahu mana yang lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan tanaman jagung di lahan yang miskin unsur hara.
Sebagai percobaan, BSIP Kementan di Kalteng menanam 1.300 tanaman jagung di polybag seluas tiga hektare.
Kemudian sekitar empat hektare lagi ditanami jagung yang menggunakan sistem larikan.
Larikan adalah pengelolaan lahan searah kontur dengan pembuatan gundukan-gundukan tanah berupa undakan dan teras-teras horisontal.
Baca juga: Mahfud MD Tegaskan Proyek Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan
Baik polybag maupun larikan, katanya, sama-sama ditambahkan bahan organik seperti tanah, pupuk, dan sekam.
Yang berbeda, tanah larikan harus didiamkan antara 7-10 hari baru ditanam biji jagung.
"Sekarang pertumbuhan [jagung] di polybag dan larikan sama-sama subur, artinya dua metode itu sama dalam efisiensi pemanfaatan lahan," klaim dia.
"Bagaimana efektivitasnya? Dari pengamatan sementara memang larikan lebih efektif dan efisien dalam pengerjaan."
Total luasan lahan kebun jagung itu sekitar 8-10 hektare dan diperkirakan panen pada pertengahan Januari 2024.
Akhmad Hamdan berkata jagung yang bisa dipanen tahun depan hanya dua hektare saja karena keterbatasan sumber daya.
Baca juga: Kritik Food Estate era Jokowi, Cak Imin: Ini Harus Dihentikan
Akan tetapi, jagung itu bukan untuk diproduksi memenuhi kebutuhan industri atau dipasarkan langsung.
Namun menjadi sumber benih tanaman jagung di lahan yang masih kosong.
"Jadi sebagai sumber benih karena nantinya [kebun jagung] ini masih perluasan," ucapnya.
"Kementan sudah memberikan contoh lantas Kemenhan mau [melanjutkan] tidak?"
Pasalnya food estate merupakan Program Strategis Nasional 2020-2024 yang ditujukan sebagai solusi di tengah ancaman krisis pangan dan mengantisipasi kepadatan jumlah penduduk.
Selain komoditas jagung, Kementan juga menggarap proyek food estate beras di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas dengan menerapkan dua metode: intensifikasi dan ekstensifikasi.
Meskipun dalam laporan BBC News Indonesia pada Maret 2023 lalu ditemukan ribuan hektare sawah ekstensifikasi tak kunjung panen.
Begitu juga dengan 600 hektare kebun singkong yang gagal total.
"Food estate ini untuk masa depan anak cucu kita, untuk generasi ke depan. Ini adalah kontribusi kita dalam memberi pangan masyarakat dunia," ujar Mentan dalam kunjungan ke Gunung Mas pada Senin (11/12).
Baca juga: Saat Cak Imin dan Mahfud Kompak Sentil Program Food Estate dalam Debat
Untuk proyek kebun jagung kali ini, anggaran yang digelontorkan Kementan sebesar Rp54 miliar.
Meski menurutnya uang itu terbilang kecil, tapi ia meyakini dalam enam bulan ke depan ratusan hektare lahan itu bisa tertanami.
"Bayangkan kalau kita membagi 600 hektare dari 7,4 juta hektare, itu hanya 0,008%. Tapi dibahas di media harusnya dihentikan karena sangat kecil."