Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal "Food Estate" Jagung Senilai Rp 54 Miliar di Gunung Mas Kalteng, Disebut Menutupi Kegagalan Proyek Kebun Singkong

Kompas.com - 21/01/2024, 22:56 WIB
Rachmawati

Editor

Bayu menyebut proyek kali ini tak lebih dari justifikasi atau pembenaran pemerintah bahwa lahan mangkrak tersebut masih bisa dikelola.

Baca juga: CEK FAKTA: Mahfud Sebut Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan

Modusnya dengan memanfaatkan komoditas tanaman yang paling cepat beradaptasi di semua jenis tanah yakni jagung.

Pola yang sama seperti ini ditemukan di beberapa tempat yang pernah dilakukan proyek pertanian skala besar.

"Jadi ini klaim saja bahwa lahan yang sudah dibuka masih bisa dikelola menjadi food estate, itu kenapa jagung dipilih. Sementara tidak ada kajian apakah daerah setempat perlu jagung atau tidak."

Sepanjang pengamatannya di sana, tidak ada masyarakat sekitar yang bekerja menjadi petani. Yang membangun infrastruktur pertanian jagung pun, sebutnya, adalah anggota TNI.

Baca juga: CEK FAKTA: Muhaimin Sebut Food Estate Hasilkan Konflik Agraria dan Merusak Lingkungan

Mengapa memilih jagung?

Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Kalimantan Tengah, Akhmad Hamdan, menyebut lahan food estate di Kabupaten Gunung Mas masih menjadi tanggung jawab Kementerian Pertahanan.

Peran Kementan, klaimnya, hanya mendukung dan memberikan contoh kepada Kemenhan bagaimana memanfaatkan lahan tersebut dengan baik.

Adapun komoditas jagung yang dipilih karena melihat "potensi alamnya," kata Akhmad kepada BBC News Indonesia.

"Di sana lahannya mayoritas pasir kuarsa yang hampir nol unsur hara."

"Tumbuhan apa yang bisa hidup dengan media tanamnya tidak ada unsur hara? Kalau singkong tidak bisa, berat, karena harus ada penambahan unsur hara yang banyak."

Baca juga: CEK FAKTA: Muhaimin Sebut Food Estate Hasilkan Konflik Agraria dan Merusak Lingkungan

"Jagung dipilih karena lebih cepat dan lebih mudah mendapatkan hasil dan bisa tumbuh dalam kondisi seperti itu, bisa beradaptasi dengan baik."

Akhmad Hamdan mengatakan di lahan itu Kementan menggunakan dua metode tanam: polybag dan larikan.

Tujuannya untuk mencari tahu mana yang lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan tanaman jagung di lahan yang miskin unsur hara.

Sebagai percobaan, BSIP Kementan di Kalteng menanam 1.300 tanaman jagung di polybag seluas tiga hektare.

Kemudian sekitar empat hektare lagi ditanami jagung yang menggunakan sistem larikan.

Larikan adalah pengelolaan lahan searah kontur dengan pembuatan gundukan-gundukan tanah berupa undakan dan teras-teras horisontal.

Baca juga: Mahfud MD Tegaskan Proyek Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan

Baik polybag maupun larikan, katanya, sama-sama ditambahkan bahan organik seperti tanah, pupuk, dan sekam.

Yang berbeda, tanah larikan harus didiamkan antara 7-10 hari baru ditanam biji jagung.

"Sekarang pertumbuhan [jagung] di polybag dan larikan sama-sama subur, artinya dua metode itu sama dalam efisiensi pemanfaatan lahan," klaim dia.

"Bagaimana efektivitasnya? Dari pengamatan sementara memang larikan lebih efektif dan efisien dalam pengerjaan."

Total luasan lahan kebun jagung itu sekitar 8-10 hektare dan diperkirakan panen pada pertengahan Januari 2024.

Akhmad Hamdan berkata jagung yang bisa dipanen tahun depan hanya dua hektare saja karena keterbatasan sumber daya.

Baca juga: Kritik Food Estate era Jokowi, Cak Imin: Ini Harus Dihentikan

Akan tetapi, jagung itu bukan untuk diproduksi memenuhi kebutuhan industri atau dipasarkan langsung.

Namun menjadi sumber benih tanaman jagung di lahan yang masih kosong.

"Jadi sebagai sumber benih karena nantinya [kebun jagung] ini masih perluasan," ucapnya.

"Kementan sudah memberikan contoh lantas Kemenhan mau [melanjutkan] tidak?"

Berapa anggaran untuk kebun jagung di Gunung Mas?

Pengembangan tanaman jagung pada lahan food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah. 
DOK. Humas Kementan Pengembangan tanaman jagung pada lahan food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Di beberapa kesempatan usai kunjungan ke Kabupaten Gunung Mas, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku optimistis proyek food estate kebun jagung ini bisa berjalan baik.

Pasalnya food estate merupakan Program Strategis Nasional 2020-2024 yang ditujukan sebagai solusi di tengah ancaman krisis pangan dan mengantisipasi kepadatan jumlah penduduk.

Selain komoditas jagung, Kementan juga menggarap proyek food estate beras di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas dengan menerapkan dua metode: intensifikasi dan ekstensifikasi.

Meskipun dalam laporan BBC News Indonesia pada Maret 2023 lalu ditemukan ribuan hektare sawah ekstensifikasi tak kunjung panen.

Begitu juga dengan 600 hektare kebun singkong yang gagal total.

"Food estate ini untuk masa depan anak cucu kita, untuk generasi ke depan. Ini adalah kontribusi kita dalam memberi pangan masyarakat dunia," ujar Mentan dalam kunjungan ke Gunung Mas pada Senin (11/12).

Baca juga: Saat Cak Imin dan Mahfud Kompak Sentil Program Food Estate dalam Debat

Untuk proyek kebun jagung kali ini, anggaran yang digelontorkan Kementan sebesar Rp54 miliar.

Meski menurutnya uang itu terbilang kecil, tapi ia meyakini dalam enam bulan ke depan ratusan hektare lahan itu bisa tertanami.

"Bayangkan kalau kita membagi 600 hektare dari 7,4 juta hektare, itu hanya 0,008%. Tapi dibahas di media harusnya dihentikan karena sangat kecil."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Regional
Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Regional
Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Regional
Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Regional
5 Orang Diperiksa, Penemuan Pria Berlumpur dan Tangan Terikat di Sungai Semarang Masih Misteri

5 Orang Diperiksa, Penemuan Pria Berlumpur dan Tangan Terikat di Sungai Semarang Masih Misteri

Regional
Rumah Terancam Disita Bank, Korban Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Donasi

Rumah Terancam Disita Bank, Korban Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Donasi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com