Di salah satu warung, sejumlah pembeli sedang memesan menu yang disajikan dari olahan daging anjing sebut saja rica basah, rica goreng, daging goreng, sate tongseng, rica masak hingga nasi goreng.
Namun nasib para penjual bakal tak menentu dan terancam tutup setelah penangkapan sebuah truk yang mengakut ratusan anjing di Semarang, Jawa Tengah.
"Ini terancam besok nggak jualan karena tidak ada pasokan. Ya dampak penangkapan yang di Semarang itu. Pasokan anjingnya itu dari Pangandaran, Jawa Barat dan Jawa Timur," kata salah satu penjual yang tak menyebutkan namanya.
Baca juga: Dimasukkan Karung dan Moncong Diikat, 226 Anjing Selamat dari Penjagalan...
Dia mengaku baru jualan hari Senin (08/01) karena delapan hari belakangan tak ada pasokan daging.
"Ya memang tidak ada pasokan. Ini aja kalaupun ada cari-cari anjing lokal di Solo dan daerah sekitarnya. Itu pun kalau ada. Kalau nggak ada ya nggak jualan," ujarnya yang setiap hari menghabiskan rata-rata 2-4 ekor anjing.
Ia pun gusar kalau sampai warungnya benar-benar tutup. Sebab berjualan daging olahan anjing adalah satu-satunya penghasilan yang dimiliki.
Dari hasil buka warung makan, dia membayar kebutuhan keluarga dan membayar cicilan pinjaman dari bank.
Penjual lainnya -yang juga tak mau menyebutkan nama- mengatakan sempat tutup selama dua minggu karena tidak ada pasokan daging.
"Ini baru buka tiga hari, kayaknya ini mau libur lagi karena enggak ada barang [pasokan daging]," ucap pria sepuh yang mengaku sudah berjualan sejak 1979 ini.
Baca juga: Truk Pengangkut 226 Ekor Anjing Disergap di Tol, 2 Orang Ditangkap
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispartan KPP) Solo, Eko Nugroho Isbandijarso, menyebut merujuk pada data yang dimiliki Dispartan KPP Solo terdapat 27 warung makan yang menjual olahan daging anjing.
Dari angka itu, pasokan anjing untuk konsumsi di Kota Solo mencapai 90-100 ekor.
Anjing-anjing itu tidak berasal dari Solo saja, tetapi dipasok dari sejumlah daerah yang ada di wilayah Jawa Barat.
"Anjing itu asalnya dari Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Garut dan Subang. Tapi kebanyakan yang di Solo itu ambil sudah jadi daging. Ada juga yang motong (sendiri) tapi enggak banyak," sebutnya.
Menurut dia, keberadaan para penjual kuliner olahan daging anjing di Solo tergantung pada pasokan bahan baku dari Jawa Barat itu.
Baca juga: Truk Pengangkut 226 Ekor Anjing Diamankan Polisi di Tol Kalikangkung Semarang
Jika tidak ada pasokan, maka para penjual akan tutup, begitu pula jika pasokan lancar maka mereka akan tetap buka dan jualan daging olahan anjing.
Pemkot Solo, katanya, memang belum pernah mengeluarkan aturan tegas yang melarang perdagangan daging anjing.
Alasannya karena masih banyak "hambatan non teknis" untuk mengeluarkan surat edaran tersebut. Kendati dia tidak mau menjelaskan lebih lanjut terkait hambatan non teknis tersebut.
Namun demikian, komitmen untuk melarang konsumsi daging anjing tetap ada.
"Mungkin masalah non teknis yang menyebabkan belum turun untuk mengeluarkan surat edaran itu. Kemarin kita juga sudah audiensi dengan Dog Meat Free Indonesia, juga sudah memahami tapi juga berusaha nanti untuk matur agar segera dikeluarkan SE [Surat Edaran]," kata dia.
"Kami juga sudah melaporkan ke Pak Sekda hasil audiensi dengan DMFI dan akan dipelajari oleh Pak Sekda yang baru. Sebetulnya kita tidak diam saja dan berusaha agar segera dibentuk semacam Surat Edaran," tambahnya.
Baca juga: Badan Karantina Maluku Musnahkan 80 Kilogram Daging Anjing dan 2 Ekor Ayam Tanpa Surat
Hingga saat ini beberapa kabupaten di sekitar Solo telah mengaluarkan Surat Edaran yang melarang perdagangan daging anjing untuk dikonsumsi.
Kabupaten di wilayah Solo Raya atau eks Karesidenan Surakarta yang telah memiliki surat edaran tersebut meliputi Karanganyar, Klaten, Boyolali dan Sukoharjo.
"Yang belum itu Solo sama Sragen," sebut Eko.
Meskipun belum memiliki Surat Edaran larangan perdagangan daging anjing, tetapi Eko menegaskan telah mengeluarkan kebijakan untuk tidak memberikan surat izin kesehatan hewan untuk daging yang akan disembelih, kemudian juga surat keterangan produk hewan anjing itu tidak pernah mengeluarkannya.
Eko mengatakan Distan KPP Solo telah melakukan sosialisasi kepada para penjual olahan daging anjing untuk berhenti jualan kuliner tersebut dan beralih ke usaha lainnya.
Hanya saja usaha tersebut gagal sehingga menyebabkan penjual tersebut kembali jualan kuliner olahan daging anjing.
"Kemarin sudah ada yang beberapa sudah beralih ke usaha yang lain seperti ayam bakar. Namun ya sekarang kembali lagi karena ada yang meminta dan ada bahannya kembali lagi seperti dulu," keluhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.