Salin Artikel

Soal Penangkapan Truk Pengangkut Ratusan Anjing di Tol Semarang, Apa Modus Pelaku?

Ketua LSM Animals Hope Shelter Indonesia, Christian Josua Pale, bercerita saat ditemukan ratusan anjing itu dalam kondisi mengerikan karena kaki dan mulutnya diikat tali dan dimasukkan dalam karung.

Polrestabes Semarang menyebut pihaknya telah menetapkan lima tersangka dan bakal dijerat pasal 89 UU 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang ancaman hukumannya maksimal lima tahun penjara.

Adapun beberapa penjual makanan olahan daging anjing di Kota Solo mulai ketar-ketir bakal tutup warung setelah penangkapan besar-besaran tersebut.

Lantas dari mana anjing itu diperoleh dan seperti apa modus para pelaku?

Polisi tetapkan lima tersangka

Polrestabes Semarang telah menetapkan lima tersangka dalam kasus penyiksaan dan pengiriman 226 anjing yang disebut berasal dari Subang menuju Sragen, Jawa Tengah.

Lima tersangka itu berinisial DH, MK, AR, WG, dan EY.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, mengatakan tersangka utama yakni DH diketahui merupakan warga Gemolong, Kabupaten Sragen. Dalam kasus ini dia berperan sebagai pemesan anjing tersebut.

Adapun empat lainnya adalah sopir dan kuli bongkar muat.

Dari hasil pemeriksaan diketahui pengiriman anjing untuk dijagal ke warung makan ini sudah beberapa kali dilakukan dan jumlahnya ratusan ekor, kata Kombes Irwan Anwar saat jumpa pers di Mapolrestabes, Senin (08/01) seperti yang dilaporkan wartawan Aris untuk BBC News Indonesia.

Pada Desember 2023 pelaku diduga sudah dua kali beraksi.

Informasi yang dilengkapi foto itu menunjukkan sebuah truk terbuka mengangkut puluhan anjing dimasukkan dalam karung dengan kaki dan mulutnya diikat tali.

Saat itu mereka disebut hendak mengarah ke Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen terlebih dulu.

"Saya kemudian dapat informasi rumah pemilik mobil itu, saya ikuti sendiri dan langsung melapor ke Polsek Sragen tapi tidak ditanggapi serius," ujar Christian kepada BBC News Indonesia.

"Tapi akhirnya polisi bertindak dan menuju rumah pemilik truk itu sekitar jam 21.00 WIB. Sayangnya sudah tidak ada truknya. Tapi saya menemukan ada karung, itu kan barang bukti untuk anjing dimasukkan."

Karena curiga aksi penggerebekan oleh Polsek Sragen bocor, para pelaku keburu menyembunyikan anjing-anjing tersebut, kata Christian.

Beruntung seorang sumber kemudian memberitahu Christian bahwa sebuah truk berwarna hijau yang membawa ratusan anjing sedang dalam perjalanan menuju Semarang pada Sabtu (06/01).

Dari situlah dia bersama kelompoknya berkoordinasi dengan pihak pengelola jalan tol Kalikangkung, Ngaliyan, Semarang, untuk mengecek kebenarannya.

Setiap truk berwarna hijau dan ditutupi terpal, kata Christian, dicek satu per satu dengan cepat.

"Jadi setiap truk yang sesuai dengan ciri-ciri itu, saya naik ke atas truk lalu dicek ketika mereka sedang menempelkan kartu tol. Saya gerak cepat saja supaya tidak mencurigakan."

"Ada delapan truk saya cek, truk terakhir jam 21.36 WIB dan begitu saya dapat [menemukan anjing dalam truk] langsung teriak."

Di pintu keluar tol itu, sambungnya, para pelaku sempat mengelak bahwa mereka memiliki surat izin yang sah di antaranya Surat Keterangan Jalan dari Kepolisian Resor Subang serta Surat Pengantar Perjalanan Ternak dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan UPTD Pasar Hewan Pemkab Subang.

Namun hasil pemeriksaan Polrestabes Semarang menyebutkan surat-surat tersebut kemungkinan palsu.

Begitu sudah mendapatkan truk tersebut, Christian langsung menghubungi Polrestabes Semarang.

Kira-kira hampir satu jam kemudian polisi tiba dan langsung membawa truk beserta terduga pelaku ke kantor polisi.

Seperti terlihat di video yang viral di media sosial, ratusan anjing-anjing itu digantung di kayu-kayu yang membentang horisontal.

Total ada 226 anjing dimasukkan dalam karung yang kaki dan mulutnya diikat dengan tali.

Christian mengatakan sebanyak 12 ekor anjing mati yang di antaranya diduga terkena penyakit cacing jantung, parasit darah anjing, dan cacingan.

Empat ekor anjing lagi dalam perawatan karena sakit akibat jerat tali, dehidrasi, dan kepanasan. Enam ekor anjing betina yang ada dalam truk itu juga sedang hamil besar.

Hewan itu disebut dibeli dari pemasok sekitar Rp40.000-Rp50.000 per ekor dan dijual ke pedagang sekira Rp38.000-40.000 perkilogram.

Informasi yang dia dapat, para pengepul mendapatkan anjing tersebut dengan cara mencuri anjing milik orang lain, mengambil anjing liar, dan dari hasil ternak sendiri.

"Jadi ada kemungkinan anjing curian, kenapa? Karena ditemukan ada kalung di leher anjingnya, itu kan berarti ada pemiliknya."

Bisnis jagal anjing seperti ini, sambung Christian juga menggiurkan.

Para pengepul bisa mendapat uang Rp15 juta setiap kali mengangkut atau mengantar anjing-anjing itu ke tujuan.

"Ini bisnis gelap yang cepat menghasilkan uang."

Berdasarkan penuturan warga Sragen kepada Animals Hope Shelter Indonesia, mereka sudah jengah dengan aksi para pelaku yang mengepul anjing untuk dijagal.

Pasalnya kampung yang mayoritas Muslim tersebut menilai tindakan pelaku tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Christian mencurigai para pelaku yang ditangkap Polrestabes Semarang sudah bertahun-tahun beraksi dan menjalankan bisnis gelap ini secara turun-temurun.

"Bisnis ini turun-temurun dari bapak ke anaknya."

"Kalau saat ini memang yang jumlahnya paling banyak itu. Kapan hari di Kulonprogo itu jumlahnya 78 ekor anjing, terus di Karanganya 53 ekor anjing. Yang di Surabaya cuma empat ekor anjing, terus di Blitar 30 ekor anjing," kata dia melalui sambungan telepon kepada wartawan Fajar Sodiq yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Mustika menduga ratusan anjing itu akan didistribusikan ke sejumlah warung penjaja kuliner olahan daging anjing di wilayah Solo Raya yang meliputi Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Solo.

"Itu platnya AD, tapi saya pernah menyelidiki orang itu dan tinggal di Mijan, Sragen," imbuhnya.

Ia menjelaskan konsumsi daging anjing di wilayah Solo Raya yang merupakan eks Karesidenan Surakarta merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Tetapi jumlahnya berapa, ia tidak menyebut dengan rinci. Bahkan posisi tersebut telah menggeser Manado dan Medan.

Sedangkan di Solo, terdapat 50 warung yang menjual olahan daging anjing.

Berdasarkan penulusuran DMFI penjual yang tergabung dalam grup WhatsApp penjuang kuliner daging anjing mencapai 78 orang.

"Setelah kami selidiki ternyata di Medan menyembelih seperti di pasar itu paling satu, dua tiga, empat, lima, enam ekor tapi untuk satu hari dikonsumsi masyarakat itu. Tapi kalau di Sukoharjo, Karanganyar itu setiap warung minimal dua ekor."

Dari jumlah tersebut, Mustikan menyebut setiap warung rata-rata per harinya menghabiskan sebanyak 2-4 ekor anjing sehingga jika dikalikan dengan jumlah penjualnya maka konsumsi daging anjing di Solo mencapai 100 ekor anjing per hari.

Dia pun kuat menduga pasokan anjing di daerah Solo berasal dari Jawa Barat seperti Pangandaran, Tasikmalaya, Cimahi, Majalengka dan Cirebon.

Pasalnya suplai anjing dari Solo dan sekitarnya sudah tidak mampu untuk memenuhi tingginya permintaan untuk konsumsi di kota ini.

Tingginya tingkat konsumsi daging anjing di Solo, menurut Mustika, disebabkan adanya mitos yang memercayai bahwa mengonsumsi daging anjing akan menambah stamina perkasa.

Selain itu, juga dipercaya untuk obat penyembuhan kulit.

"Ada yang mempercayai kalau habis tato, makan daging anjing itu mudah kering tatonya. Terus untuk orang sunat itu dapat mudah kering. Untuk orang abis operasi organ dalam, kalau konsumsi daging anjing cepat kering. Ada lagi mitos untuk penyakit kulit," bebernya.

Mereka bahkan menuliskan 'Rica-rica guk-guk'.

Di salah satu warung, sejumlah pembeli sedang memesan menu yang disajikan dari olahan daging anjing sebut saja rica basah, rica goreng, daging goreng, sate tongseng, rica masak hingga nasi goreng.

Namun nasib para penjual bakal tak menentu dan terancam tutup setelah penangkapan sebuah truk yang mengakut ratusan anjing di Semarang, Jawa Tengah.

"Ini terancam besok nggak jualan karena tidak ada pasokan. Ya dampak penangkapan yang di Semarang itu. Pasokan anjingnya itu dari Pangandaran, Jawa Barat dan Jawa Timur," kata salah satu penjual yang tak menyebutkan namanya.

Dia mengaku baru jualan hari Senin (08/01) karena delapan hari belakangan tak ada pasokan daging.

"Ya memang tidak ada pasokan. Ini aja kalaupun ada cari-cari anjing lokal di Solo dan daerah sekitarnya. Itu pun kalau ada. Kalau nggak ada ya nggak jualan," ujarnya yang setiap hari menghabiskan rata-rata 2-4 ekor anjing.

Ia pun gusar kalau sampai warungnya benar-benar tutup. Sebab berjualan daging olahan anjing adalah satu-satunya penghasilan yang dimiliki.

Dari hasil buka warung makan, dia membayar kebutuhan keluarga dan membayar cicilan pinjaman dari bank.

Penjual lainnya -yang juga tak mau menyebutkan nama- mengatakan sempat tutup selama dua minggu karena tidak ada pasokan daging.

"Ini baru buka tiga hari, kayaknya ini mau libur lagi karena enggak ada barang [pasokan daging]," ucap pria sepuh yang mengaku sudah berjualan sejak 1979 ini.

Dari angka itu, pasokan anjing untuk konsumsi di Kota Solo mencapai 90-100 ekor.

Anjing-anjing itu tidak berasal dari Solo saja, tetapi dipasok dari sejumlah daerah yang ada di wilayah Jawa Barat.

"Anjing itu asalnya dari Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Garut dan Subang. Tapi kebanyakan yang di Solo itu ambil sudah jadi daging. Ada juga yang motong (sendiri) tapi enggak banyak," sebutnya.

Menurut dia, keberadaan para penjual kuliner olahan daging anjing di Solo tergantung pada pasokan bahan baku dari Jawa Barat itu.

Jika tidak ada pasokan, maka para penjual akan tutup, begitu pula jika pasokan lancar maka mereka akan tetap buka dan jualan daging olahan anjing.

Pemkot Solo, katanya, memang belum pernah mengeluarkan aturan tegas yang melarang perdagangan daging anjing.

Alasannya karena masih banyak "hambatan non teknis" untuk mengeluarkan surat edaran tersebut. Kendati dia tidak mau menjelaskan lebih lanjut terkait hambatan non teknis tersebut.

Namun demikian, komitmen untuk melarang konsumsi daging anjing tetap ada.

"Mungkin masalah non teknis yang menyebabkan belum turun untuk mengeluarkan surat edaran itu. Kemarin kita juga sudah audiensi dengan Dog Meat Free Indonesia, juga sudah memahami tapi juga berusaha nanti untuk matur agar segera dikeluarkan SE [Surat Edaran]," kata dia.

"Kami juga sudah melaporkan ke Pak Sekda hasil audiensi dengan DMFI dan akan dipelajari oleh Pak Sekda yang baru. Sebetulnya kita tidak diam saja dan berusaha agar segera dibentuk semacam Surat Edaran," tambahnya.

Hingga saat ini beberapa kabupaten di sekitar Solo telah mengaluarkan Surat Edaran yang melarang perdagangan daging anjing untuk dikonsumsi.

Kabupaten di wilayah Solo Raya atau eks Karesidenan Surakarta yang telah memiliki surat edaran tersebut meliputi Karanganyar, Klaten, Boyolali dan Sukoharjo.

"Yang belum itu Solo sama Sragen," sebut Eko.

Meskipun belum memiliki Surat Edaran larangan perdagangan daging anjing, tetapi Eko menegaskan telah mengeluarkan kebijakan untuk tidak memberikan surat izin kesehatan hewan untuk daging yang akan disembelih, kemudian juga surat keterangan produk hewan anjing itu tidak pernah mengeluarkannya.

Eko mengatakan Distan KPP Solo telah melakukan sosialisasi kepada para penjual olahan daging anjing untuk berhenti jualan kuliner tersebut dan beralih ke usaha lainnya.

Hanya saja usaha tersebut gagal sehingga menyebabkan penjual tersebut kembali jualan kuliner olahan daging anjing.

"Kemarin sudah ada yang beberapa sudah beralih ke usaha yang lain seperti ayam bakar. Namun ya sekarang kembali lagi karena ada yang meminta dan ada bahannya kembali lagi seperti dulu," keluhnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/10/054500078/soal-penangkapan-truk-pengangkut-ratusan-anjing-di-tol-semarang-apa-modus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke