Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Pengusiran Pengungsi Rohingya oleh Mahasiswa di Aceh, Sisakan Trauma dan Ketakutan

Kompas.com - 30/12/2023, 06:42 WIB
Rachmawati

Editor

Awalnya ia pergi ke Aceh karena mendengar “masyarakatnya baik-baik”.

“Rupanya berbeda. Kami sangat ketakutan, apa yang kami bayangkan di sini rupanya berbeda, karena itulah kami menangis,” tambah Syakhi.

Ia menambahkan, saat gerombolan mahasiswa datang untuk mengusir, "Kami kira akan mati di sini. Jika ada kehidupan yang lebih baik di sana [Bangladesh], untuk apa kami pergi. Kalau dikembalikan ke sana [Bangladesh], bunuh saja kami di sini”.

“Kami [laki-laki] tidak apa-apa diperlakukan seperti itu, tapi kami sedih ketika perempuan-perempuan kami diperlakukan dengan kejam. Tas dilempar-lempar begitu saja, tapi kami tidak bisa melakukan apapun, makanya kami menangis,” kata Syakhi.

Baca juga: Media Asing Menyoroti Pengusiran Pengungsi Rohingya di Aceh

Aksi mahasiswa yang menuai kecaman

Kelompok masyarakat sipil mengecam aksi pemindahan paksa pengungsi Rohingya di Aceh yang dilakukan gerombolan mahasiswa, di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (MBA), Banda Aceh, Rabu (27/12).

“Kita menyesalkan ketika teman-teman yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa, melakukan intimidasi, kekerasan yang menimbulkan trauma kepada pengungsi, terutama kelompok rentan, anak dan perempuan,” kata Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito dalam keterangan kepada pers, Kamis (28/12).

Sasmito menghargai aspirasi yang disampaikan mahasiswa, akan tetapi semestinya dilakukan tanpa kekerasan, dan “harus didukung dengan fakta dan data di lapangan,” katanya.

Baca juga: Gunakan Dana Pribadi, Dokter Asal Solo ke Aceh untuk Beri Pengobatan Gratis Pada Pengungsi Rohingya

Tanpa argumen yang jelas

Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna mengkelaim pihaknya memantau jalannya aksi demonstrasi ratusan mahasiswa dari gabungan beberapa kampus, Rabu kemarin.

Dari temuannya, KontraS Aceh melaporkan sejumlah mahasiswa yang terlibat aksi tersebut tidak memiliki argumentasi yang memadai untuk menolak keberadaan pengungsi Rohingya.

Alasan-alasan yang diutarakan mahasiswa umumnya merujuk dari media sosial yang memuat “ujaran kebencian dan berita bohong” terhadap Rohingya, kata Husna.

“Itu [mereka] tidak dapat menjawab dengan pasti. Dan yang disampaikan itu seperti informasi-informasi di media sosial,” kata Husna yang menaruh kekhawatiran insiden ini akan berulang dan meluas jika tidak memperoleh mitigasi dari pihak berwenang.

Baca juga: Mahasiswa Usir Pengungsi Rohingya, Mahfud MD Ingatkan soal Bantuan Saat Tsunami Aceh

“Termasuk juga memperhatikan, apa dampak bagi Indonesia di mata internasional, kalau terjadi serangan fisik yang menyasar pengungsi,” tambahnya.

Temuan KontraS Aceh ini menguatkan dugaan dari Badan Pengungsi PBB, UNHCR.

Dalam keterangan resminya UNHCR mengatakan bahwa serangan terhadap pengungsi bukanlah tindakan yang berdiri sendiri, melainkan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi.

“Untuk menyebarkan informasi yang salah, disinformasi, dan ujaran kebencian terhadap para pengungsi, serta usaha untuk menjelek-jelekkan upaya Indonesia dalam menyelamatkan nyawa yang terancam di laut,” kata UNHCR dalam keterangannya.

UNHCR juga “sangat mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi dan menyerukan kepada pihak penegak hukum setempat untuk segera mengambil tindakan guna memastikan perlindungan bagi semua orang yang putus asa, dan pekerja kemanusiaan.”

Baca juga: UNHCR Nilai Aksi Pengusiran Pengungsi Rohingya akibat Misinformasi dan Disinformasi

"Tak lagi memiliki kesadaran historis"

?Karena bersaudara seiman, saya tidak menyangka mereka memperlakukan kami dengan tidak manusiawi seperti itu,? kata seorang pengungsi Rohingya.ANTARA FOTO via BBC Indonesia ?Karena bersaudara seiman, saya tidak menyangka mereka memperlakukan kami dengan tidak manusiawi seperti itu,? kata seorang pengungsi Rohingya.
Dalam kesempatan lainnya, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid mengatakan “sangat menyesalkan dan mengecam tindakan tidak manusiawi” mahasiswa di Aceh terhadap pengungsi Rohingya.

Aktivis 98 ini menilai tindakan gerombolan mahasiswa di Aceh terhadap pengungsi Rohingnya seolah “tidak lagi memiliki kesadaran historis”.

Padahal, sejumlah aksi mahasiswa berdasarkan sejarah lebih menitikberatkan pada “visi perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan.” Hal ini termasuk dalam gerakan mahasiswa pada reformasi 1998.

“Mereka gagal paham soal sebab musabab orang Rohingya terdampar ke Aceh, lalu bertindak bagaikan robot-robot kosong etika,” kata Usman dalam akun Instagramnya.

Baca juga: 3 Pengungsi Rohingya 20 Tahun Tinggal di Blitar dan Tulungagung, Nikahi Warga Lokal

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disdikbud Jateng Larang 'Study Tour' Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Disdikbud Jateng Larang "Study Tour" Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Regional
Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Regional
Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Regional
Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Regional
Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Regional
2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

Regional
Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Regional
Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Regional
Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Regional
Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Regional
Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Regional
Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Regional
Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Regional
Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Regional
Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com