SEMARANG, KOMPAS.com - Semarang memiliki sejarah yang lekat dengan perkembangan rempah-rempah di Nusantara.
Bahkan, Kota Lumpia juga pernah menjadi jalur rempah saat masa pendudukan kolonial Belanda. Selain itu juga disebut sebagai pusat perdagangan rempah-rempah pada abad 17-an.
Kini, jejak jalur rempah tersebut bisa disaksikan dalam pameran seni Semarang Bercerita di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang.
Aroma rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan lain sebagainya itu seolah menyambut pengunjung yang masuk ke Gedung Oudetrap. Di sebelahnya, terdapat instalasi foto yang memotret keindahan humanistik di Semarang dan sekitarnya.
Baca juga: Filolog Pamer Rempah dalam Manuskrip Aceh Abad ke 16
Tidak hanya itu, pameran bertema 'Semarang Bercerita Jalur Rempah' semakin terlihat elok nan memesona saat masuk ke gedung Oudetrap bagian dalam.
Puluhan karya seni, mulai dari sketsa, lukisan, foto, dan desain grafis dipajang di sepanjang dinding bewarna putih.
Di bagian tengah, macam-macam rempah, seperti secang, bunga lawang, kapulaga, lada, jahe, dan lainnya juga disajikan dalam nampan berukuran besar.
Koordinator penyelenggara, Adam Muda, mengatakan, pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang itu memang bertujuan untuk menarik kawula muda agar kembali mengenali kekayaan Nusantara yang kerap ditemui pada bumbu-bumbu dapur.
"Makanya kami mencoba mengundang FOMO atau fear of missing out untuk menarik anak-anak muda agar berkunjung ke pameran. Nah mereka yang mungkin tidak pernah ke pasar, akhirnya bisa mencium bau kapulaga, temulawak, cengkeh, dan lain-lain," ungkap Adam kepada Kompas.com, Jumat (8/12/2023).
Adam mengatakan, Semarang menjadi salah satu wilayah transit perdagangan rempah sejak abad 16 hingga 20. Sehingga, anak muda di Kota Semarang perlu mengetahui sejarah tersebut melalui narasi-narasi yang dikemas lewat karya seni.
"Dari situ, Semarang punya banyak industri jamu karena mudahnya mendapat bahan-bahan rempah. Makanya ada beberapa industri jamu yang berkembang, seperti Nyonya Meneer, Jamu Jago, Sido Muncul," tutur dia.
Adam mengatakan, pameran yang berlangsung pada 4 hingga 10 Desember 2023 itu mengkolaborasikan sejumlah pegiat maupun komunitas seni di Kota Semarang.
Beberapa di antaranya, Semarang Sketchwalk, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Komunitas Fotografer Semarang, Woman Painter Community (Womanco), dan masih banyak lagi.
Adam berharap, ke depannya, anak-anak muda bisa lebih mengenal Semarang dari sisi sejarah, kekayaan, hingga keindahan melalui pameran seni.
"Nantinya kami ingin berkolaborasi dengan artis-artis lain dan bisa memberi warna yang berbeda. Karena kita tidak hanya bicara tentang seni, namun juga pariwisata," ucap Adam.