Lambat laun usahanya makin berkembang, ia kemudian menyewa ruko di kawasan tersebut untuk berdagang martabak.
Usaha itu tidak sia-sia, martabak buatan HAR makin membumi sehingga ia membuka empat outlet lagi yakni di kawasan Jalan Kolonel Atmo, Simpang Sekip, Ampera dan Jalan Jenderal Sudirman.
“Sampai sekarang total sudah ada sembilan outlet yang dikelola keluarga HAR,”jelas Cody sapaan akrab Nabhan.
Baca juga: Sejak 1930, Kuliner Legendaris Colenak Murdi Putra Bandung Masih Eksis
Nama HAR seiring jalannya waktu makin terkenal di Palembang. Martabak buatannya pun kini telah menjadi panganan khas Palembang selain pempek dan diterima oleh masyarakat.
Seiring kesukaan warga terhadap martabak telur, banyak bermunculan pedagang baru menjual martabak yang sama.
Akan tetapi, martabak asli keluarga HAR memiliki foto dan namanya sendiri di setiap outlet mereka.
“Karena dia founder sehingga dinamakan Martabak HAR. Nama HAR ini hanya boleh digunakan oleh garis keturunan HAR,” ungkap Cody.
Baca juga: Ceker Ayam Ridho, Jajanan Khas Medan yang Sudah Ada Sejak 1960
HAR memiliki delapan anak yang lahir di Palembang. Mereka adalah Yusuf HAR, Abdullah HAR, Atika HAR, Maria HAR, Bakar HAR, Aman HAR, Dewi HAR dan Ratu Dewi Arodiah HAR.
Saat ini, sembilan bisnis kuliner martabak HAR itu dikelola oleh Rudy HAR generasi ketiga.
Dari sembilan outlet di Palembang dibuka, dalam sehari setidaknya 1.000 porsi Martabak HAR laku terjual yang mulai buka sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 22.30 WIB. Bahkan, saat memasuki hari libur jumlah penjualan dapat meningkat pesat.
“80 persen pelanggan masih datang langsung untuk makan,” ujar Cody yang berprofesi sebagai dokter muda ini.