Salin Artikel

Sudah Ada sejak 1947, Martabak HAR Kini Sudah sampai ke Generasi Ketiga

Martabak HAR sudah menjadi merek dagang yang didaftarkan oleh keluarga Haji Abdul Rozak di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Sejauh ini, ada sembilan outlet Martabak HAR yang tersebar di kawasan Palembang.

Di balik kesuksesan Haji Abdul Rozak membangun bisnis kulinernya di Palembang, terdapat cerita panjang yang ia lalui ketika tiba di Indonesia.

HAR merupakan pendatang yang berasal dari India. Sebelum ke Indonesia ia sempat singgah ke Singapura pada 1935 dan bekerja sebagai tukang sampah.

Pada saat itu, ia belum berpikir untuk memulai bisnis. HAR pun bekerja sebagai pembersih cerobong asap PT Pertamina yang ada di Kecamatan Mariana, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.

“Karena pekerja dari India terkenal sebagai pekerja kasar, Abah (sapaan kakek) akhirnya bekerja di sana,” kata Ahmad Nabhan cucu HAR mengenang perjalanan panjang kakeknya tersebut, Rabu (11/10/2023).

Setelah beberapa tahun berjalan, HAR mulai memperhatikan kebiasaan warga Palembang yang selalu memakan pempek berisi telur.

Ia kemudian berpikir untuk membuat olahan baru berupa makanan yang memadukan khas India dan Palembang.

HAR bersama istrinya Nayu Husnah kemudian mencoba membuat adonan kulit martabak yang kemudian diisi telur. Olahan itu berhasil dan makanan tersebut ternyata banyak disukai masyarakat.

Karena martabak telurnya banyak disukai, HAR memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus berdagang.

Kala itu, HAR membuka outlet pertama dengan menggunakan gerobak dan berjualan di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang.

Lambat laun usahanya makin berkembang, ia kemudian menyewa ruko di kawasan tersebut untuk berdagang martabak.

Usaha itu tidak sia-sia, martabak buatan HAR makin membumi sehingga ia membuka empat outlet lagi yakni di kawasan Jalan Kolonel Atmo, Simpang Sekip, Ampera dan Jalan Jenderal Sudirman.

“Sampai sekarang total sudah ada sembilan outlet yang dikelola keluarga HAR,”jelas Cody sapaan akrab Nabhan.

Nama HAR seiring jalannya waktu makin terkenal di Palembang. Martabak buatannya pun kini telah menjadi panganan khas Palembang selain pempek dan diterima oleh masyarakat.

Seiring kesukaan warga terhadap martabak telur, banyak bermunculan pedagang baru menjual martabak yang sama.

Akan tetapi, martabak asli keluarga HAR memiliki foto dan namanya sendiri di setiap outlet mereka.

“Karena dia founder sehingga dinamakan Martabak HAR. Nama HAR ini hanya boleh digunakan oleh garis keturunan HAR,” ungkap Cody.

HAR memiliki delapan anak yang lahir di Palembang. Mereka adalah Yusuf HAR, Abdullah HAR, Atika HAR, Maria HAR, Bakar HAR, Aman HAR, Dewi HAR dan Ratu Dewi Arodiah HAR.

Saat ini, sembilan bisnis kuliner martabak HAR itu dikelola oleh Rudy HAR generasi ketiga.

Dari sembilan outlet di Palembang dibuka, dalam sehari setidaknya 1.000 porsi Martabak HAR laku terjual yang mulai buka sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 22.30 WIB. Bahkan, saat memasuki hari libur jumlah penjualan dapat meningkat pesat.

“80 persen pelanggan masih datang langsung untuk makan,” ujar Cody yang berprofesi sebagai dokter muda ini.

Gaet konsumen muda agar tetap eksis

Lambat laun generasi HAR tersadar untuk tetap mempertahankan bisnis keluarganya ini agar tetap eksis.

Mereka pun mulai memutar pola pemasaran Martabak dengan menyasar para generasi milenial.

Selama ini, para pelanggan Martabak HAR diketahui adalah orangtua ataupun para pejabat daerah maupun ibu kota.

Outlet Martabak HAR yang berada di Simpang Sekip akhirnya dirombak lebih modern dengan konsep vintage untuk mempertahankan ciri khas mereka. Setidaknya dana Rp 500 juta digelontorkan untuk merehab empat ruko milik keluarga HAR.

Martabak HAR Simpang Sekip pun kini memiliki ruang VIP, Live musik serta coffee shop serta layanan wifi gratis.

“Sekarang terjadi peningkatan penjualan dari milenial sebesar 30 persen,” ungkapnya.

Bukan hanya merenovasi outlet, namun Martabak HAR kini juga dipasarkan melalui sistem online dalam kota. Sehingga, para pembeli dapat memesan menggunakan aplikasi jasa antara layanan.

“Kemasannya juga tidak seperti dulu, dibungkus seperti nasi. Sekarang sudah pakai mika dan dikasih sendok, sehingga konsumen siap makan,” jelas Cody.

Tradisi sedekah setiap Jumat dan Ramadhan

Meski menjadi pengusaha sukses di bidang kuliner, HAR ternyata memiliki tradisi untuk sedekah dan berbagi untuk warga sekitar.

Setiap Jumat, HAR menyiapkan makanan prasmanan di rumahnya yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang. Dari pemulung, tukang ojek atau siapapun dipersilahkan untuk makan.

Selain itu, HAR juga selalu membagikan uang selama Ramadhan berlangsung di rumahnya untuk orang-orang yang tidak mampu.

“Karena Abah dulu adalah orang yang susah, jadi dia selalu sedekah untuk berbagi. Sampai sekarang masih kami lanjutkan,” kata Cody.

Selama Ramadhan, setidaknya sekitar 350 orang mendapatkan uang Rp 5.000 yang dibagikan oleh keluarga HAR. Sedekah itu dilakukan selama 30 hari sampai lebaran.

Namun, dua tahun belakangan bagi-bagi uang itu tidak lagi dilakukan karena adanya pandemi Covid-19, sehingga keluarga HAR pun membagikan sembako ke setiap RT yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

“Mudah-mudahan tahun ini bisa lagi sedekah langsung lagi saat bulan puasa,” ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/16/120823178/sudah-ada-sejak-1947-martabak-har-kini-sudah-sampai-ke-generasi-ketiga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke