KH Abdul Hamid merupakan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah di Passuruan.
Sosok KH Abdul Hamid dikenal sebagai ulama yang sabar dan dipercaya memiliki karomah wali.
Mbah Hamid diyakini telah menunjukkan tanda-tanda sebagai wali atau kekasih Allah karena banyak mempunyai karomah atau kelebihan yang sulit dijangkau akal.
Di usia remaja, KH Abdul Hamid bersama kakeknya pergi haji, konon dia bertemu dengan Rasullullah.
Pertemuan tersebut menjadi legitimasi kewalian Abdul Mu'thi yang akhirnya mengganti namanya menjadi Abdul Hamid.
KH Abdul Hamid mengembara ilmu di berbagai pesantren, salah satunya Pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh Kiai Kholil ibn Harun, yang merupakan mertua KH Bisri Mustofa Rembang, selama satu setengah tahun.
Mbah Hamid kemudian pindah ke pesantren Tremas Pacitan, Jawa Timur. Dia belajar di pondok pesantren tersebut selama sekitar 12 tahun.
KH Abdul Hamid dinikahkan dengan puteri KH Achmad Qusyairi, yang juga masih sepupu, di Pasuruan, setelah keluar dari Pondok Tremas.
KH Abdul Hamid tinggal di Pasuruan setelah menikah dan sempat pindah ke Jember hingga Banyuwangi.
Dia dikenal sebagai sosok yang sabar dan kepada keluarga dan murid-muridnya. Berbagai cobaan di awal pernikahan dilalui dengan sabar.
Pendidikan yang diberikan kepada anak dan istrinya berupa keteladanan.
KH Abdul Hamid juga pernah bekerja sebagai pedagang kelapa, pedagang sepeda, hingga menyewakan tanah.
Meskipun tinggal di lingkungan pesantren, dia belum pernah terlibat dalam kepengurusan Pesantren Salafiyah.
Baca juga: Mengenal Makam Troloyo, Makam Islam Zaman Kerajaan Majapahit
KH Abdul Hamid juga benyak menggelar pengajian di sejumlah desa di Pasuruan.
Setelah KH Abdullah bin Yasin, pengasuh Pondok Salafiyah meninggal dunia, dia dipercaya sebagai guru besar pondok pada tahun 1951.