KOMPAS.com - Makam Kyai Hamid Pasuruan atau Kyai Abdul Hamid Pasuruan terletak di Jalan KH Wahid Hasyim, Kota Pasuruan. KH Abdul Hamid juga dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan.
Lokasi Makam Kyai Hamid Pasuruan tepatnya berada di belakang Masjid Agung Al Anwar dan di seberang alun-alun
Makam Kyai Hamid yang juga dikenal sebagai makam mbah Hamid Pasuruan merupakan situs wisata religi yang menjadi tujuan utama di Kota Pasuruan.
Mbah Hamid Pasuruan
Daya Tarik Makam Mbah Hamid Pasuruan
Kepopuleran makam Mbah Hamid Pasuruan tidak lain karena sosok Kiai Abdul Hamid yang tersohor sebagai ulama besar.
Kyai Abdul Hamid merupakan ulama Pasuruan yang terkenal akan ilmunya dan sifatnya yang lebut serta rendah hati.
Sosok ulama tersebut juga banyak diidolakan oleh para santri.
Sosok ulama tersebutlah yang membuat masyarakat dari berbagai daerah datang berziarah ke tempat tersebut.
Bahkan berbagai tokoh masyarakat, tokoh politik, dan tokoh negara juga berziarah ke makam ini.
Masyarakat yang ingin berziarah ke makam Mbah Hamid perlu mematuhi tata tertib ziarah makam.
Tata tertib makam Mbah Hamid antara lain:
Makam Mbah Hamid tidak berdiri sendiri melainkan bersama dengan makam para ulama lainnya.
Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama, berikut ini makam para ulama yang berada di sekitar makam Mbah hamid Pasuruan.
Biografi KH Abdul Hamid Pasuruan
KH Abdul Hamid Pasuruan atau Mbah Hamid lahir pada tanggal 22 November 1914 Masehi atau bertepatan dengan 1333 Hijriyah di Desa Sumber Girang, Rembang, Jawa Tengah.
Dia lahir dari pasangan Kyai Abdullah dan Nyai Raihanah dan memiliki nama kecil Abdul Mu'thi yang sering dipanggil "dul".
Mbah Hamid dari awal tumbuh dan besar di lingkungan pesantren.
KH Abdul Hamid merupakan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah di Passuruan.
Sosok KH Abdul Hamid dikenal sebagai ulama yang sabar dan dipercaya memiliki karomah wali.
Mbah Hamid diyakini telah menunjukkan tanda-tanda sebagai wali atau kekasih Allah karena banyak mempunyai karomah atau kelebihan yang sulit dijangkau akal.
Di usia remaja, KH Abdul Hamid bersama kakeknya pergi haji, konon dia bertemu dengan Rasullullah.
Pertemuan tersebut menjadi legitimasi kewalian Abdul Mu'thi yang akhirnya mengganti namanya menjadi Abdul Hamid.
KH Abdul Hamid mengembara ilmu di berbagai pesantren, salah satunya Pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh Kiai Kholil ibn Harun, yang merupakan mertua KH Bisri Mustofa Rembang, selama satu setengah tahun.
Mbah Hamid kemudian pindah ke pesantren Tremas Pacitan, Jawa Timur. Dia belajar di pondok pesantren tersebut selama sekitar 12 tahun.
KH Abdul Hamid dinikahkan dengan puteri KH Achmad Qusyairi, yang juga masih sepupu, di Pasuruan, setelah keluar dari Pondok Tremas.
KH Abdul Hamid tinggal di Pasuruan setelah menikah dan sempat pindah ke Jember hingga Banyuwangi.
Dia dikenal sebagai sosok yang sabar dan kepada keluarga dan murid-muridnya. Berbagai cobaan di awal pernikahan dilalui dengan sabar.
Pendidikan yang diberikan kepada anak dan istrinya berupa keteladanan.
KH Abdul Hamid juga pernah bekerja sebagai pedagang kelapa, pedagang sepeda, hingga menyewakan tanah.
Meskipun tinggal di lingkungan pesantren, dia belum pernah terlibat dalam kepengurusan Pesantren Salafiyah.
KH Abdul Hamid juga benyak menggelar pengajian di sejumlah desa di Pasuruan.
Setelah KH Abdullah bin Yasin, pengasuh Pondok Salafiyah meninggal dunia, dia dipercaya sebagai guru besar pondok pada tahun 1951.
Beberapa ulama di Pasuruan ada yang merasa tersaingi dengan keberadaannya sebagai pendatang.
Namun KH Abdul Hamid sabar dan tidak meragukan karomahnya.
Dalam mengajar, KH Abdul Hamid juga sering bercerita mengenai kisah keteladanan ulama pada masa lalu.
KH Abdul Hamid meninggal pada tanggal 25 Desember 1982 dalam usia 68 tahun karena penyakit jantung akut di Rumah Sakit Islam Surabaya.
Penulis: Widya Lestari Ningsih
Sumber:
ramapati.pasuruankota.go.id
jatim.tribunnews.com
jatim.nu.or.id
www.kompas.com
https://regional.kompas.com/read/2023/10/04/173703978/mengenal-makam-kyai-hamid-pasuruan-tokoh-ulama-asal-rembang