JAYAPURA, KOMPAS.com- Keresahan atas rendahnya literasi di Papua, mendorong Kurniawan Patma (32) mendirikan komunitas literasi, Literacy For Everyone (LiFE) di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) di wilayah tersebut.
“LiFE berdiri sejak tahun 2018, karena keresahan dan pergulatan terkait dengan rendahnya tingkat literasi di Papua,” kata Kurnia kepada Kompas.com, Selasa (26/9/2023).
Baca juga: Kapolda Papua Harap Penangkapan Sejumlah Anak Buah Egianus Memperlemah Kekuatan KKB
Pemuda kelahiran Toraja, 24 Februari 1991 ini mengatakan, komunitasnya tersebut berjuang untuk pemerataan pendidikan di Indonesia Timur terutama dalam hal literasi baca tulis bagi anak-anak dan literasi keuangan untuk ibu-ibu dan para pelaku usaha.
Kini komunitasnya beranggotakan sekitar 40 orang.
“Sasaran literasinya bagi anak-anak Papua dan mama-mama Papua di kampung-kampung,” kata Kurnia.
Baca juga: Agar Sukses di Dunia Kerja, Generasi Muda Perlu Kuasai Literasi Keuangan
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Cenderawasih ini menceritakan tentang awal dimulainya gerakan literasi baca tulis ke kampung-kampung di Kabupaten Keerom.
Menurut penulis buku 33 dan 44 Opini Singkat (OPSI) ini, awalnya masyarakat di Kampung Ubiyau dan Sawanawa menolak kedatangan komunitas mereka.
Baca juga: Kisah Usman, Guru di Pedalaman Flores Timur, Jalan Kaki 5 Kilometer Susuri Hutan untuk Mengajar
Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Komunitas LiFE, untuk memberikan kegiatan peningkatan literasi baca tulis untuk anak-anak di Kampung Ubiyau dan Sawanawa.
“Memang sejak awal tahun 2018 kami memulai gerakan literasi ini memang ada penolakan, tetapi karena kami konsisten dengan gerakan literasi baca tulis, sehingga kini masyarakat menerima,” ungkap Kurnia.
Kurnia menyatakan, tak hanya membagikan buku-buku kepada anak-anak, komunitasnya ikut membangun perpustakaan mini. Sehingga anak-anak bisa membaca buku kapan pun mereka mau.
“Kami membangun perpustakaan mini di dua kampung ini, sehingga anak-anak di kampung dapat memanfaatkannya untuk membaca. Kedua kampung ini kini masih menjadi kampung pendampingan Komunitas LiFE hingga saat ini,” ujarnya.
Baca juga: Kisah Athena, Lulus S2 UI dengan IPK 4,00 pada Usia 22 Tahun
Kurniawan menyampaikan, gerakan literasi baca tulis dan keuangan yang dilakukan komunitasnya dimulai dari lingkup kampung-kampung.
Menurutnya, ada beberapa kampung yang telah menjadi prioritas pendampingan literasi selama ini di Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
“Melalui Komunitas LiFE, kami melakukan literasi baca tulis di Kampung Ubiyau dan Kampung Sawanawa di Kabupaten Keerom dan Kampung Koya Koso di Kota Jayapura,” tuturnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.