Salin Artikel

Kisah Kurniawan Patma, Pejuang Literasi bagi Anak-anak dan Mama-mama Papua

“LiFE berdiri sejak tahun 2018, karena keresahan dan pergulatan terkait dengan rendahnya tingkat literasi di Papua,” kata Kurnia kepada Kompas.com, Selasa (26/9/2023).

Pemuda kelahiran Toraja, 24 Februari 1991 ini mengatakan, komunitasnya tersebut berjuang untuk pemerataan pendidikan di Indonesia Timur terutama dalam hal literasi baca tulis bagi anak-anak dan literasi keuangan untuk ibu-ibu dan para pelaku usaha.

Kini komunitasnya beranggotakan sekitar 40 orang.

“Sasaran literasinya bagi anak-anak Papua dan mama-mama Papua di kampung-kampung,” kata Kurnia.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Cenderawasih ini menceritakan tentang awal dimulainya gerakan literasi baca tulis ke kampung-kampung di Kabupaten Keerom.

Menurut penulis buku 33 dan 44 Opini Singkat (OPSI) ini, awalnya masyarakat di Kampung Ubiyau dan Sawanawa menolak kedatangan komunitas mereka.

Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Komunitas LiFE, untuk memberikan kegiatan peningkatan literasi baca tulis untuk anak-anak di Kampung Ubiyau dan Sawanawa.

“Memang sejak awal tahun 2018 kami memulai gerakan literasi ini memang ada penolakan, tetapi karena kami konsisten dengan gerakan literasi baca tulis, sehingga kini masyarakat menerima,” ungkap Kurnia.

Kurnia menyatakan, tak hanya membagikan buku-buku kepada anak-anak, komunitasnya ikut membangun perpustakaan mini. Sehingga anak-anak bisa membaca buku kapan pun mereka mau.

“Kami membangun perpustakaan mini di dua kampung ini, sehingga anak-anak di kampung dapat memanfaatkannya untuk membaca. Kedua kampung ini kini masih menjadi kampung pendampingan Komunitas LiFE hingga saat ini,” ujarnya.

Dimulai dari kampung

Kurniawan menyampaikan, gerakan literasi baca tulis dan keuangan yang dilakukan komunitasnya dimulai dari lingkup kampung-kampung.

Menurutnya, ada beberapa kampung yang telah menjadi prioritas pendampingan literasi selama ini di Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.

“Melalui Komunitas LiFE, kami melakukan literasi baca tulis di Kampung Ubiyau dan Kampung Sawanawa di Kabupaten Keerom dan Kampung Koya Koso di Kota Jayapura,” tuturnya.

“Untuk literasi keuangan dan literasi digital, terkait pemasaran produk dilakukan kepada mama-mama Papua di Kampung Ebungfau dan Kampung Nolokla di Kabupaten Jayapura,” papar Kurniawan.

Merasa terbantu

Salah seorang ibu di Papua bernama Agustina mengaku terbantu dengan gerakan literasi tersebut.

Kini, lanjut dia, mama-mama di Papua, khususnya pelaku UMKM di Kampung Ebungfau dan Kampung Nolokla mengetahui pengelolaan keuangan dan strategi pemasaran produk menggunakan marketplace.

“Kami merasa sangat terbantu dengan adanya literasi keuangan dan literasi digital yang dilakukan, sehingga pemasaran bisa kami lakukan menggunakan media sosial (medsos) secara digital,” ungkap Agustina kepada Kompas.com secara terpisah.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Maria. Dia kini mengaku bisa mengelola keuangan.

“Saya merasa terbantu dengan adanya program literasi keuangan yang diberikan, sebab bisa membantu saya secara pribadi dalam pengelolaan keuangan sebagai salah satu pelaku UMKM di Jayapura,” ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/26/164907178/kisah-kurniawan-patma-pejuang-literasi-bagi-anak-anak-dan-mama-mama-papua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke