BIMA, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kota Bima, Nusa Tenggara Timur (NTB), mengeluhkan kelangkaan gas LPG 3 kilogram.
Jika pun stok tersedia di warung eceran, harganya melambung tinggi Rp 35.000 per tabung.
Akibat kelangkaan ini, sebagian warga terpaksa memasak sayur menggunakan alat penanak nasi listrik atau rice cooker.
Dian, salah seorang warga Kelurahan Paruga mengatakan, kelangkaan gas subsidi itu terjadi dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Tabung Gas 3 Kg Meledak, Kontrakan Hancur dan 2 Orang Terluka
Gas melon yang biasa digunakan memasak air sehari-hari kini sulit didapatkan masyarakat.
Kondisi ini membuat Dian dan warga sekitar terpaksa menggunakan penanak nasi sebagai pengganti gas LPG.
"Sudah sepekan ini gas di pengecer kosong. Ya, terpaksa saya masak mi atau sayur pakai rice cooker. Saya cari gas yang 3 kilogram di mana-mana kosong," ujar Dian saat ditemui di Kelurahan Paruga, Jumat sore (15/9/2023).
Selain Dian, hal serupa juga dialami Nuraya. Ibu rumah tangga ini mengaku, stok gas melon yang berukuran 3 kilogram langka di pasaran dalam satu pekan terakhir.
Jika pun ada yang dijual di warung-warung, kata Nuraya, harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni 35.000 per tabung. Sementara di pengecer resmi hanya Rp 20.000 per tabung
"Saya sudah berkali-kali mendatangi pengecer mau ambil gas, tapi kosong. Kata mereka gas memang tidak ada yang masuk. Terpaksa kami beli di warung-warung kecil dengan harga Rp 35.000. Itu pun susah didapat karena gas ini langka di pasaran," kata Nuraya.
Menurut dia, sebagai warga penerima subsidi itu biasanya dijadwalkan setiap pekan mengambil gas.
Namun sampai saat ini, pasokan gas ke pengecer resmi dekat rumahnya belum ada kepastian.
"Biasa seminggu sekali gasnya masuk ke pengecer, tapi sampai hari ini tidak ada. Mereka juga belum tahu kepastian kapan gasnya datang," ujarnya
Karena kondisi itu, Nuraya mengaku terpaksa berkeliling kampung untuk membeli gas 3 kilogram untuk kebutuhan sehari-hari dengan harga di atas HET. Itu dilakukan karena barang bersubsidi semakin sulit didapat.
"Mau tidak mau karena kita butuh, terpaksa beli yang mahal. Kalau di pengecer resmi biasanya Rp 20.000 per tabung," ujarnya.