Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas Langka Akibat Pengecer Nakal di Bima, Warga Masak Sayur Pakai "Rice Cooker"

Kompas.com - 15/09/2023, 21:11 WIB
Syarifudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kota Bima, Nusa Tenggara Timur (NTB), mengeluhkan kelangkaan gas LPG 3 kilogram.

Jika pun stok tersedia di warung eceran, harganya melambung tinggi Rp 35.000 per tabung.

Akibat kelangkaan ini, sebagian warga terpaksa memasak sayur menggunakan alat penanak nasi listrik atau rice cooker.

Dian, salah seorang warga Kelurahan Paruga mengatakan, kelangkaan gas subsidi itu terjadi dalam sepekan terakhir.

Baca juga: Tabung Gas 3 Kg Meledak, Kontrakan Hancur dan 2 Orang Terluka

Gas melon yang biasa digunakan memasak air sehari-hari kini sulit didapatkan masyarakat.

Kondisi ini membuat Dian dan warga sekitar terpaksa menggunakan penanak nasi sebagai pengganti gas LPG.

"Sudah sepekan ini gas di pengecer kosong. Ya, terpaksa saya masak mi atau sayur pakai rice cooker. Saya cari gas yang 3 kilogram di mana-mana kosong," ujar Dian saat ditemui di Kelurahan Paruga, Jumat sore (15/9/2023).

Selain Dian, hal serupa juga dialami Nuraya. Ibu rumah tangga ini mengaku, stok gas melon yang berukuran 3 kilogram langka di pasaran dalam satu pekan terakhir.

Jika pun ada yang dijual di warung-warung, kata Nuraya, harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni 35.000 per tabung. Sementara di pengecer resmi hanya Rp 20.000 per tabung

"Saya sudah berkali-kali mendatangi pengecer mau ambil gas, tapi kosong. Kata mereka gas memang tidak ada yang masuk. Terpaksa kami beli di warung-warung kecil dengan harga Rp 35.000. Itu pun susah didapat karena gas ini langka di pasaran," kata Nuraya.

Menurut dia, sebagai warga penerima subsidi itu biasanya dijadwalkan setiap pekan mengambil gas.

Namun sampai saat ini, pasokan gas ke pengecer resmi dekat rumahnya belum ada kepastian.

"Biasa seminggu sekali gasnya masuk ke pengecer, tapi sampai hari ini tidak ada. Mereka juga belum tahu kepastian kapan gasnya datang," ujarnya

Karena kondisi itu, Nuraya mengaku terpaksa berkeliling kampung untuk membeli gas 3 kilogram untuk kebutuhan sehari-hari dengan harga di atas HET. Itu dilakukan karena barang bersubsidi semakin sulit didapat.

"Mau tidak mau karena kita butuh, terpaksa beli yang mahal. Kalau di pengecer resmi biasanya Rp 20.000 per tabung," ujarnya.

Baca juga: Cerita Guru di Rempang Selamatkan Muridnya ke Hutan Saat Gas Air Mata Masuk Kelas: Kayak Mau Mati Rasanya

Terkait kelangkaan gas ini, warga meminta pemerintah intens melakukan operasi pasar agar penjualan LPG bersubsidi ini tidak salah sasaran. Termasuk melakukan pengawasan berkelanjutan agar gas tidak sulit didapat.

"Kami menduga kelangkaan gas ini ulah pangkalan atau pengecer nakal, mereka harus ditindak tegas. Jangan dibiarkan seperti itu, mereka yang dapat untung besar tapi kita yang dirugikan," kata Nuraya

Pengecer nakal

Secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kota Bima, Tafsir mengaku sudah mengetahui dan mendapat laporan adanya warga yang kesulitan mendapatkan LPG.

Untuk menjawab keluhan masyarakat ini, kata Tafsir, pemerintah akan mengambil sejumlah langkah. Salah satunya akan bersurat ke Pertamina meminta untuk menambah pasokan LPG 3 kilogram ke wilayahnya.

"Kami sudah mendengar warga kesulitan mendapatkan LPG 3 kilogram. Insya Allah, pemerintah melalui Sekda nanti bersurat ke Pertamina menambah pasokan untuk menjawab keluhan masyarakat," kata Tafsir saat dihubungi Kompas.com.

Ia mengungkapkan, soal kelangkaan gas LPG 3 kilogram itu memang dirasakan masyarakat dalam sepekan terakhir. Padahal, stok gas tersebut diklaim aman.

"Pada dasarnya tidak ada kekurangan. Ketersediaan gas yang disalurkan ke pangkalan saat ini sangat cukup. Justru yang menjadi masalah ini adalah teknis penyaluran dari pengecer ke masyarakat yang tidak merata," ujar Tafsir

Hal ini terkait dengan keluhan masyarakat yang melaporkan banyak pengecer menjual gas melon ke luar wilayah.

Bahkan, kata dia, ada dugaan para pengecer menjualnya secara besar-besaran ke luar Kota Bima.

Akibatnya, kebutuhan gas subsidi untuk warga dalam wilayah pangkalan tidak akan pernah tercukupi, meskipun jumlah pasokan diklaim sudah sesuai kuota.

"Dari laporan yang kami terima, gas LPG ini banyak dijual ke warga kabupaten, sehingga sebagian warga kita tidak kebagian jatah," ujarnya

Kendati penjualan gas di luar wilayah ini sering dikeluhkan warga, namun pihaknya tak bisa mengambil tindakan karena di tingkat pengecer bukan lagi menjadi kewenangan Koperindag.

"Tugas kami hanya pengawasi pangkalan saja, dan sejauh ini penyaluran gas 3 kg di pangkalan tidak ada masalah. Cuma yang bermasalah ini ada warga kabupaten datang beli ke kota. Itu masalahnya, kan bukan kewenangan kami di tingkat pengecer ini," ucapnya.

Baca juga: Detik-detik Siswa Histeris dan Pingsan Saat Bentrok Polisi Vs Warga Rempang, Terkena Gas Air Mata

Meski demikian, pihaknya mengingatkan kepada pengecer agar menjual gas melon subsidi sesuai dengan ketentuan. Apabila melakukan penjualan ke lokasi yang bukan wilayahnya, maka itu akan dikenai sanksi hukum.

"Penjualan ke lokasi yang bukan wilayahnya itu menyalahi aturan, ada sanksi hukumnya. Dan, kami akan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk menertibkan para pengecer nakal ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Regional
Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Regional
Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Regional
Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Regional
Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Regional
Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Dibongkar

Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Dibongkar

Regional
Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Regional
Sakau, Penumpang 'Speedboat' dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu

Sakau, Penumpang "Speedboat" dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu

Regional
TNI AL Tangkap Penumpang 'Speedboat' dari Malaysia Saat Sakau

TNI AL Tangkap Penumpang "Speedboat" dari Malaysia Saat Sakau

Regional
Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com